Baghdad – Pemerintah Irak sejak Jumat (15/3/2019), mulai membongkar kuburan massal pertama yang berisi korban kekerasan ISIS di Sinjar, wilayah etnis minoritas Yazidi.
Nadia Murad, perempuan Yazidi yang lolos dari sekapan ISIS dan kemudian meraih hadiah Nobel Perdamaian, menyaksikan langsung pembongkaran kuburan massal di kampung halamannya desa Kojo, Sinjar Irak.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang membantu pemerintah Irak dengan para pakar forensiknya, mengatakan bahwa pembongkaran kuburan massal ini akan menguak nasib warga Yazidi yang dibunuh ISIS.
Pada 2014, saat ISIS merebut wilayah itu sebanyak ratusan orang laki-laki dan perempuan tewas dibantai kelompok ekstremis itu.
Baca juga : Mewaspadai Balas Dendam Al Qaeda dan ISIS Terkait Penembakan di Selandia Baru
Etnis Yazidi menjadi target ISIS yang merebut wilayah utara Irak pada 2014. ISIS juga merebut kota utama Yazidi, Sinjar yang berbatasan dengan Suriah.
Dalam peristiwa itu, ISIS membantai ribuan pria dan anak laki-laki Yazidi. Sementara kaum perempuannya diculik dan dijadikan budak seks.
Etnis Yazidi menjadi sasaran karena mereka masih memeluk agama kuno yang berakar pada ajaran Zoroaster yang oleh ISIS dianggap sebagai “kafir”.
PBB telah mengatakan, tindakan ISIS terhadap etnis Yazidi itu bisa dikatagorikan sebagai genosida dan kini menyelidiki kejahatan ISIS di seluruh Irak.
Nadia Murad mengatakan, pembongkaran makam ini merupakan kesempatan bagi pemerintah Irak untuk membuktikan praktik genosida terhadap etnis Yazidi.
“Tidak akan ada rekonsiliasi dengan suku-suku Arab di kawasan ini jika para pemimpin kami tidak memberikan nama mereka yang melakukan kejahatan ini agar bisa diadili,” ujar Murad, seperti dikutip Alarabiya.net, Minggu (17/3).
Sementara itu, ketua tim investigasi PBB Karim Khan mengatakan, pembongkaran makam ini menandai momen penting dalam proses penyelidikan. Sejauh ini, lanjut Khan, sudah 73 kuburan massal ditemukan hanya di wilayah Sinjar saja.