Global

        Dalam enam bulan pertama di tahun 2013, National Consortium for the Study of Terrorism and Responses to Terrorism  (START) mendokumentasikan sekitar 5100 serangan teroris yang terjadi di seluruh dunia. Angka tersebut menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan 8500 serangan teroris pada keseluruhan tahun 2012. Terorisme merupakan kejahatan lintas negara yang terorganisir dan seringkali mempunyai jaringan luas. Sebuah organisasi teroris yang terdapat dalam suatu negara tidak bersifat tunggal dan berdiri sendiri, melainkan terdapat organisasi dengan ideologi serupa di negara-negara lainnya yang memiliki keterkaitan.

       Terorisme menembus batas-batas antar negara dan selalu memiliki suatu kaitan antara kelompok teror di suatu negara dengan di negara lain. Konektivitas antar kelompok teror di beberapa negara serta kaburnya batas-batas negara merupakan akibat yang ditimbulkan oleh Globalsasi. Di satu sisi, globalisasi menyediakan berbagai kemudahan, terutama dalam bidang komunikasi dan informasi. Masyarakat dunia saat ini sudah bisa dengan mudah memenuhi kebutuhan informasi untuk mengetahui berita atau kejadian apapun yang terjadi di berbagai belahan dunia hanya dalam hitungan menit saja. Namun di sisi lain, globalisasi juga mempunyai dampak negatif, salah satunya adalah memfasilitasi kegiatan-kegiatan ilegal yang melintasi batas-batas yuridiksi suatu negara. Akibatnya, kegiatan ilegal yang semula hanya dianggap sebagai tindak kriminal biasa kini dianggap sebagai kegiatan yang mengancam keamanan (security) suatu negara dan ancaman yang lahir akibat globalisasi ini diantaranya adalah teorisme (Bakti, 2014:2).

        Konektivitas antara kelompok teror di Indonesia diantaranya dapat dilihat dari keterkaitan Jemaah Islamiyah dengan Kelompok terorisme global yaitu Al Qaeda[1]. Organisasi terorisme internasional Al Qaeda (AQ) didirikan oleh Osama Bin Laden pada tahun 1988, saat itu pasukan Mujahidin Afghanistan sedang berperang melawan Uni Sovyet. Al Qaeda berdiri untuk membentuk Pan Islamic atau Khalifah Islam yang meliputi semua negara Islam di dunia. Cita-cita Al Qaeda adalah menyatukan negara Islam, mereka ingin seluruh negara Islam bersatu untuk melawan dominasi Barat, terutama Amerika Serikat.

        Bagi Al Qaeda, Amerika Serikat dianggap sebagai pihak murtad yang bertanggung jawab atas permasalahan di berbagai negara Islam. Pada bulan Februari 1998, Al Qaeda mengeluarkan pernyataan jihad/ perang melawan bangsa Yahudi dan pendukung Perang

        Salib. Dalam pernyataannya itu, Osama menyerukan bahwa semua umat Islam di dunia bertugas untuk membunuh warga negara Amerika Serikat, baik sipil maupun militer dan sekutunya di mana saja.

Aksi teror yang dilakukan Al Qaeda diantaranya adalah di Kedutaan AS di Nairobi, Kenya pada bulan Agustus 1998 dan menewaskan 224 orang serta melukai lebih dari 5000 orang. Setelah itu penyerangan terhadap kapal USS Cole di Pelabuhan Aden, Yaman pada tanggal 12 Oktober 2000 yang menewaskan 17 pelaut AS. Lalu serangan terorisme yang paling bersejarah adalah penyerangan pada tanggal 11 September 2001, dimana 19 orang anggota Al Qaeda membajak dan menabrakkan 2 pesawat komersial AS ke gedung World Trade Center di New York, 1 pesawat lainnya menuju Pentagon di Washington DC dan 1 lagi jatuh di Shanksville, Pennsylvania.

       Aksi ini menyebabkan hampir 3000 orang tewas. Peringatan terhadap korban teror masih dilakukan hingga sekarang di setiap 11 September. Pada tahun 2005, Ayman al-Zawahuri juga mengakui keterlibatan Al Qaeda dalam Bom London pada tanggal 7 Juli 2005. Rangakaian kejadian ini menjadi titik balik peperangan terhadap terorisme di seluruh dunia.

            Al Qaeda banyak memberikan dukungan terhadap kelompok-kelompok Islam radikal di manapun mereka berada, kelompok ini akan mendukung siapa saja yang mau menyerang AS dan sekutunya. Hal itu dibuktikan dengan adanya pemberian bantuan finansial, pasokan senjata, pelatihan militer, hingga pelatihan pembuatan bom bagi kelompok-kelompok radikal seperti Abu Sayyaf, MILF dan Jemaah Islamiyah di Asia tenggara termasuk di Indonesia. Hambali misalnya, mendapatkan bantuan sebesar US$ 200,000 dari Al Qaeda untuk program rekrutmen, pelatihan militer dan pembelian senjata yang mendukung program Jamaah Islamiyah  serta untuk pembiayaan konflik di Maluku dan Poso.

             Al Qaeda juga memiliki beberapa afiliasi untuk mendukung aksi mereka seperti di Iraq, Maghreb, Somalia, Mesir, Arab Saudi, Yaman dan Siria. Dukungan keuangan Al Qaeda terhadap berbagai kelompok teroris dan gerakan radikal Islam di seluruh negara berasal dari kekayaan Osama Bin Laden sendiri. Selain itu Al Qaeda juga mendapat donasi dari para pendukungnya di Kuwait dan negara-negara Islam seperti Arab Saudi. Pada tanggal 2 Mei 2011, pasukan AS berhasil membunuh Osama Bin Laden, pemimpin tertinggi Al Qaeda di Abbottabad, Pakistan. Dengan kematian bin Laden, Ayman al-Zawahiri kemudian menggantikannya sebagai pemimpin Al Qaeda.

        Selanjutnya, pada bulan Juni 2012, Abu Yahya al-Libi, “General Manager” Al Qaeda juga mati terbunuh dalam sebuah serangan di Pakistan. Meskipun banyak pemimpin dan anggota inti Al Qaeda telah mati terbunuh dan ditangkap, namun komitmen Al Qaeda untuk menyerang kepentingan Amerika serikat dan sekutunya tidak berhenti. Perjuangan mereka untuk mendirikan Khalifah Islam juga masih belum berakhir.

            Selain Al Qaeda kelompok teroris yang mampu menyita perhatian dunia saat ini adalah ISIS. The Islamic State of Iraq and the Levant (ISIS) adalah organisasi teroris yang berkedudukan di Iraq dan Suriah. Sasaran mereka mencakup wilayah Levant (Syam), diantaranya Jordania, Israel, Palestina, Lebanon, Kuwait, dan  Turki bagian Selatan. Kelompok ISIS adalah gabungan dari kelompok-kelompok insurgent Sunni, seperti Mujahidin Shura Council, The Islamic State of Iraq, dan Al-Qaeda in Iraq (AQI). Tujuan dasar gerakan ISIS pada mulanya adalah membentuk kekhalifahan  di wilayah Muslim Sunni Iraq. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tujuan berkembang menjaddi pembentukan Negara Islam di seluruh dunia.

         Setelah keterlibatannya dalam Syrian Civil War, ISIS memperluas pengaruhnya pada wilayah Muslim Sunni di Suriah. Hingga akhirnya diproklamirkan sebuah kekhalifahan pada Juni 2014, mereka mengangkat Abu Bakar Al-Baghdadi sebagai pemimpin utamanya. Saat ini ia dikenal sebagai khalifah dengan sebutan Amir Al-Mu’min Khalifah Ibrahim. Setelah pengangkatan tersebut, ISIS berganti nama menjadi Islamic State.

            Terkait dengan deklarasi pembentukan Khilafah atau Daulah Islam dan tujuan globalnya, ISIS meminta kepada umat Muslim di seluruh dunia untuk segera berbaiat kepada Abu Bakar Al-Baghdadi. Mereka juga menyerukan kepada muslim di seluruh dunia untuk bergabung dan berjihad bersama ISIS. Kelompok ini menganut ideologi Salafi Jihadisme, yang merupakan varian dari kelompok keras yang ingin mengembalikan zaman keemasan umat Muslim dengan menolak berbagai inovasi dan distorsi pada nilai-nilai murni Islam.

            ISIS pada mulanya memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaeda karena salah satu kelompok dalam gabungan insurgent Sunni yang membentuk ISIS adalah Al-Qaeda in Iraq (AQI). Pada April 2013, ISIS mendeklarasikan penggabungannya dengan Jabhat al-Nusra, sebuah gerakan berafiliasi pada Al-Qaeda, yang memiliki legitimasi kuat di Suriah. ISIS cenderung lebih fokus untuk membangun pemerintahan sendiri pada teritorial yang sudah ditaklukkan dan jauh lebih ‘keras’ dalam upaya membangun sebuah negara Islam melalui pemaksaan hukum syariah secara langsung.