Washington- Sebanyak 300 hingga 550 anggota kelompok radikal ISIS tetap aktif di Filipina. Ini menjadi bukti bahwa ancaman kelompok ekstrimis itu masih besar meskipun upaya menghancurkan mereka terus dilakukan Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekututnya.
Laporan itu dirilis oleh kantor inspektur jenderal (OIG) di Pentagon kepada anggota parlemen AS pada minggu ini. Dalam laporan itu disebutkan, dalam Operasi Pacific Eagle-Philippines (OPE-P), lebih dari 270 tentara Amerika memberikan dukungan kepada militer Filipina dalam melawan faksi ISIS lokal. Bantuan terutama diberikan dalam intelijen udara, pengawasan, dan dukungan pengintaian.
“ISIS tetap aktif dengan sekitar 300 hingga 550 anggota di Filipina selatan. Kegiatannya terbatas pada kepulauan Sulu (di dalam wilayah pulau Mindanao yang mayoritas penduduknya Muslim), di mana mereka terlibat sejumlah bentrokan tingkat rendah dengan AFP (Angkatan Bersenjata Filipina), yang masing-masing mengakibatkan korban lebih besar untuk ISIS daripada pasukan pemerintah Filipina menurut (militer AS),” bunyi laporan triwulanan terbaru OIG (1 Oktober – 31 Desember 2018) kepada Kongres seperti disitir dari Breitbart, Kamis (7/2/2019).
Baca juga : Kejar Ali Kalora Cs, Mabes Polri Siap Lakukan Hard Approach
Selain itu, ledakan bom di pusat perbelanjaan Filipina selatan pada 31 Desember 2018, dikaitkan oleh pejabat Filipina dengan ISIS, tetapi tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab. Diperkirakan anggota ISIS di Filipina maksimal 1000 militan.
Mengutip keanggotaan kelompok yang terfragmentasi, kurangnya kepemimpinan yang bersatu, dan hubungannya yang terputus-putus dengan organisasi inti ISIS di Irak dan Suriah. Hal itu membuat OIG menemukan bahwa sayap kelompok itu di Filipina gagal dalam memperluas area operasinya atau menyebarkan pengaruhnya selama kuartal ini.
“Kuartal ini, ISIS-Filipina masih lemah tetapi tetap menjadi ancaman bagi keamanan di Filipina selatan,” ungkap badan pengawas itu.
Akhir tahun lalu, Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) mengatakan kepada Washington Times bahwa semakin banyak pejuang asing yang terkait dengan ISIS berkumpul di Asia Tenggara, yaitu ke wilayah Mindanao Filipina selatan, dari Irak dan Suriah.
Meningkatnya jumlah anggota ISIS di Filipina telah menggembleng kelompok-kelompok teroris lokal di Mindanao ke dalam upaya memperbarui untuk mendirikan kekhalifahan di wilayah tersebut. Namun, tidak ada bukti masuknya atau eksodus pejuang asing selama kuartal tersebut.