Damaskus – Seorang warga Sydney, Mohammed Noor Masri (26 tahun) yang bergabung dengan kelompok ISIS lebih dari tiga tahun lalu memohon untuk pulang ke Australia. Sekarang ia ditahan oleh pasukan Kurdi setelah jatuhnya kelompok militan tersebut.
“Saya merasa menyesal. Saya orang yang membuat kesalahan, dan harus membayar harga atas kesalahan ini,” kata Masri, seperti dikutip Stuff, Senin (1/4).
Masri mengatakan siap menghadapi hukuman penjara yang panjang di Australia karena kesalahannya. Akan tetapi, ia menginginkan istrinya yang hamil, yang juga warga Australia, dan tiga anak kecil mereka dibawa keluar dari Suriah.
Baca juga : ISIS Terusir, Ribuan Warga Suriah Mulai Cari Anggota Keluarga yang Hilang
Sebulan yang lalu Masri menyerah kepada pasukan Kurdi di Baghouz. Di sana merupakan bekas kubu ISIS di Suriah timur, tempat kelompok militan tersebut terakhir berada.
Keadaan ini menjadi tantangan bagi pemerintah Australia dalam menghadapi tekanan Kurdi, dan Amerika untuk memulangkan anggota ISIS. Australia mengindikasikan tidak tertarik membawa anggota ISIS Australia kembali ke rumah atau mengambil langkah memulangkan keluarga mereka.
Dalam sebuah wawancara mendalam, Masri menjelaskan upayanya berlindung bersama dengan keluarganya selama gencatan senjata. Ia memanjat keluar dari lubang yang dia gali untuk keluarganya.
Masri yang bekerja sebagai pegawai pendingin ruangan di Sydney mengaku tidak pernah membunuh, menyerang, atau memperbudak siapa pun. Ia mengaku tersesat dengan bergabung pada organisasi yang dianggapnya jahat saat ini.
“Apa yang saya pikir harus terjadi pada saya sekarang? Apa pun keputusan Tuhan saya menerima itu,” ucap Masri.
“Saya lebih suka dituntut di Australia atau di bawah hukum internasional karena Anda memiliki hal-hal seperti hak asasi manusia dan keadilan sehingga akan menjadi pilihan yang lebih disukai,” ujarnya.
Masri menegaskan ia melakukan perjalanan ke Suriah pada Januari 2015 bukan sebagai teroris, tetapi sebagai seorang penyembah yang sesat. Ia tidak mempercayai laporan dari media, Masri mengaku tidak mengetahui akan tindak kekejaman ISIS.
Kakak tirinya yang berbasis di Sydney mengatakan keputusan Masri bergabung dengan ISIS di luar pemahaman dirinya. “Jujur, bahkan kami bukan dari keluarga yang religius,” kata dia.