Baghdad – Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan, sekitar 4 juta warga Irak yang terlantar akibat perang melawan kelompok teroris ISIS, telah kembali ke rumah dan pemukimannya masing-masing.
“Ketika ISIS menyebar di Irak pada 2014 dan akhirnya merebut sekitar sepertiga dari negara tersebut, hal itu memaksa 6 juta warga Irak melarikan diri demi keselamatan,” kata IOM dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Selasa (4/9), dikutip laman Al Arabiya.
“Untuk pertama kalinya dalam hampir empat tahun, jumlah warga Irak yang terlantar telah turun di bawah 2 juta. Hampir 4 juta telah kembali ke rumahnya,” ujar IOM menambahkan.
Mereka yang telah kembali ke rumahnya sebelumnya mengungsi di provinsi utara Nineveh. Cukup banyak dari mereka yang kembali ke Provinsi Anbar yang berbatasan dengan Suriah dan tempat pertempuran besar terakhir melawan ISIS.
Menurut IOM terdapat beberapa alasan yang mendorong warga Irak kembali ke permukimannya masing-masing. Hal itu antara lain, situasi keamanan yang membaik dan ketersediaan perumahan. Ada pula dari mereka yang kembali karena didorong oleh tokoh masyarakat, teman, dan kerabat.
IOM mengungkapkan, saat ini masih terdapat sekitar 1,9 juta warga Irak yang terlantar dan belum kembali ke rumahnya. “Mereka mengeluhkan kurangnya sarana dan kesempatan kerja, serta ketidakamanan, kerusakan rumah dan infrastruktur,” katanya.
Irak telah memproklamasikan kemenangannya atas ISIS pada Juli 2017. Kemenangan itu diumumkan setelah pasukan Irak dan koalisi AS berhasil memukul milisi ISIS di Mosul.
Mosul merupakan benteng terbesar ISIS di Irak. Di kota itulah pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan kekhilafahan di Irak dan Suriah pada 2014.
Namun situasi keamanan di Irak masih terusik karena milisi ISIS masih kerap melancarkan aksi penculikan dan pembunuhan terhadap warga di sana. Kasus penculikan dan pembunuhan yang dilakukan milisi ISIS terjadi di sejumlah daerah di Irak, terutama di Provinsi Kirkuk, Diyala, dan Salahuddin. Provinsi-provinsi itu baru saja menggelar pemilu pada Mei lalu.
Pada Juni, terjadi 83 kasus penculikan di ketiga provinsi tadi. Sebagian besar terjadi di jalan raya yang menghubungkan Baghdad ke Kirkuk. Sementara pada Maret hingga Mei, terjadi setidaknya 37 kasus penculikan.