Kembali maraknya aksi terorisme di Indonesia disikapi serius oleh Kementerian Agama (Kemenag). Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Pendidikan Agama dan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kemenag, berncana mengembangkan kurikulum pendidikan berwawasan inklusif untuk menangkal radikalisme yang berkembang di dunia pendidikan.
Rencana itu merupakan salah satu rumusan yang dihasilkan dari roadshow diskusi antiradikalisme di berbagai kampus di Tanah Air. Diskusi antiradikalisme itu telah digelar di Sekolah Tinggi Ilmu Agama (STIA) Alma Ata Jogjakarta, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara, dan Universitas Islam negeri (UIN) Alaudin Makassar. Acara di UIN Makassar digelar pada 4-5 Juni.
“Radikalisme agama dapat pula bersumber dari pembacaan yang salah terhadap sejarah agama yang dikombinasikan dengan idealisasi berlebihan terhadap doktrin agama pada masa tertentu,” kata Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Prof H Abdurrahman Mas’ud PhD, Jumat (7/6)
Menurut Abdurrahman, selain kurikulum, ikhtiar menangkal radikalisme juga akan dilakukan dengan aksi seni budaya damai dan toleran, intensifikasi dialog bertema toleransi dan olah rasa lintas iman, menggagas forum-forum lintas agama, dan menerbitkan buku-buku bacaan tentang budaya antikekerasan.
Semua ikhtiar itu dilakukan untuk menjawab hasil penelitian Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenang bahwa potensi radikalisme dan kekerasan di kampus cenderung meningkat di tahun-tahun mendatang yang kelak akan dapat mencederai nilai kebhinnekaan.
Dikatakan Abdurrahman, radikalisme agama tidak lepas dari ketidaktepatan dalam memahami substansi agama, karena itu pendidikan berperan penting untuk menyosialisasikan nilai agama yang membawa misi damai dan menolak segala bentuk kekerasan.
“Saya optimistis bahwa pendidikan sejatinya dapat membawa angin segar kedamaian dan perubahan. Pendidikan di perguruan tinggi, selain terbukti menjadi ruang nyaman tumbuhnya benih ideologi radikal, juga mampu menjadi ruang penempaan diri yang sangat potensial bagi lahirnya pribadi-pribadi unggul yang bermoral, beradab, cinta damai, dan religius berbasis nilai kemanusiaan yang holistik-komprehensif,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Penelitian Pendidikan Formal Puslitbang Kemenag Wahid Khozin menjelaskan serangkaian “roadshow” antiradikalisme, itu menghadirkan Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Prof Dr Irfan Idris MA dan guru besar pada setiap kampus agama setempat.
“Pesertanya dari berbagai elemen lintas agama dan varian organisasi intra dan ekstra kampus. Kami bersyukur, respons para mahasiswa dan civitas akademika di tiga kampus sangat apresiatif, sehingga dapat menjadi bahan untuk tindak lanjut yang akhirnya menjadi model aksi yang sudah dirumuskan,” ujarnya.(fad)
sumber: kominfo jatim