Mengintip Sumber Dana Isis

Sebagai sebuah organisasi ISIS melakukan banyak aktifitas, dimana hal tersebut membutuhkan aliran dana tidak sedikit. Kebanyakan dana tersebut digunakan untuk menajaga kelangsungan hobi berperang dan buang-buang peluru yang telah mengendap di kepala mereka. Beberapa media bahkan pernah merilis laporan yang menyatakan bahwa ISIS adalah organisasi teroris terkaya sedunia! Pertanyaannya, dari mana sumber dana yang diperoleh kelompok ini?

Beberapa laporan menyatakan bahwa ISIS membiayai dirinya dengan ‘bekerja’ sebagai tukang perang dan tukang rampas. Mereka tidak pernah berhenti melakukan berbagai cara untuk merebut kekuasaan di kota-kota penting yang ada di Irak dan Suriah. Sasaran utama mereka adalah penguasaan terhadap ladang-ladang minyak yang ada di kota-kota tersebut. Tak tanggug-tanggung, Menurut Hassan, analis dari Delma Institute, Abu Dhabi, ISIS menyasar hampir 600 ribu barel minyak per hari yang mengalir melalui pipa-pipa menuju Turki. Sumber dana lain yang mereka kuasai adalah sebuah pabrik pupuk di Baiji di bawah Houston KBR inc. Namun, pasukan pemerintah dilaporkan telah berhasil merebut kembali kota Baiji dari tangan ISIS sejak November tahun lalu.

Dibandingkan dengan Al Qaeda, ISIS tidak sudi untuk tinggal di perbukitan atau padang pasir. Mereka lebih senang untuk tinggal di kota-kota besar dan terlibat langsung dengan bisnis berskala besar, seperti sektor penguasaan terhadap sumber migas atau perdagangan internasional. ISIS tampak begitu serius dalam menumpuk dan menjaga harta mereka, Bloomberg melaporkan bahwa ISIS telah membangun sebuah benteng khusus di pegunungan selatan Yaman untuk menangkis segala upaya global untuk menghentikan aliran dana ISIS. Atas usaha ini, masyarakat dunia mengenal ISIS sebagai organisasi teror yang paling terorganisir, mereka sanggup menguasai sumur-sumur minyak dan menemukan pedagang yang mau membeli minyak rampasan mereka. Dengan begitu mereka tetap mendapatkan suntikan dana untuk biaya operasional mereka.

Saat ini ISIS memiliki anggota sebanyak 8 juta lebih, mereka semuanya membutuhkan makan, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya. Menurut Charles Ries, Wakil Presiden di perusahaan riset Rand Corp, ISIS memneuhi kebutuhan anggotanya dengan cara melakukan pemerasan, penculikan, penjarahan, penyelundupan, dan pungutan di wilayah yang mereka kuasai. Mereka juga beberapa kali terlibat dalam penjualan benda-benda antik peninggalan sejarah. Salah satunya adalah penjualan barang antik berusia 8 ribu tahun seharga 63 juta dolar AS.

Direktur di pusat studi Timur Tengah, Universitas Lyon, prancis, Fabrice Balance, menyatakan bahwa ISIS telah memaksa para pedagang di kawasan Mosul, Irak untuk membayar pajak revolusioner kepada mereka.  ISIS juga dilaporkan mendapatkan dana dari aktifitas menjual minyak di pasar gelap dan uang tebusan dari penculikan. Data yang dikumpulkan oleh pusat intelejen AS juga menunjukkan bahwa ISIS mencuri jutaan dolar di bank setiap bulannya untuk membiiayai kebutuhan mereka.

Sektor minyak masih menjadi sumber dana terbesar ISIS, sebuah laman di Forbes melaporkan bahwa ISIS telah menguasai 60 persen cadangan minyak di Suriah, termasuk sumur minyak terbesar di Irak. Dan ISIS sanggup menjual puluhan ribu barel minyak ke pasar gelap perharinya. Data yang agak mencengangkan adalah munculnya tanda-tanda bahwa ISIS memiliki donatur tetap. Yakni mereka yang dengan suka rela mengucurkan dana dalam jumlah besar hanya agar ISIS semakin gencar melakukan kerusakan.

 Rata-rata pendonor dana tersebut adalah mereka yang begitu memusuhi AS, khususnya para pendukung rezim lama yang dihancurkan oleh AS. Harian Republika melaporkan bahwa ISIS mendapat dana dari para sponsor yang ada di Kuwait, Qatar, dan Arab Saudi. AS telah jelas-jelas menuding Arab Saudi sebagai penyumbang dana ISIS dengan menggelontorkan dana besar ke masjid-masjid tanpa pengawasan pemerintah.

ISIS juga dilaporkan memiliki donatur dari negara-negara Barat. Di Swedia misalnya, beberapa warganya terbukti menggunakan dana di 6 perusahaan untuk menyokong kebutuhan finansial ISIS setiap tahunnya. Mayoritas dari orang-orang ini adalah imigran asal Timur Tengah yang telah menjadi warga negara Swedia. USA Today juga melaporkan warga AS yang tinggal di Bosnia mengirimkan dana hingga 8 ribu dolar AS sepanjang 2013-2014 kepada ISIS.

Dari berbagai sumber dana di atas, ISIS diperkirakan memiliki kekayaan tidak kurang dari 500 Miliyar dolar AS. Jumlah tersebut jauh berada di atas aset negara-negara kecil seperti Kiribati, kepulauan Falkland, kepulauan Marshal, dan Tonga.

Dengan jumlah kekayaan tersebut, ISIS tentu merasa jumawa, mereka mungkin sedang berhalusinasi bahwa pendirian negara Islam akan segera terlaksana. Tetapi kita semua tahu bahwa cara-cara yang mereka lakukan dalam menumpuk harta justru sangat bertentangan dengan ajaran agama. Dus, ketika mereka terus menerus mengklaim sedang menjalankan perintah agama, kita tahu bahwa mereka sedang berdusta!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *