Generasi Baby Boomer dan Generasi X harus kuasai Dunia Maya untuk Cegah Pengaruh Paham Radikal Intoleran bagi Generasi Z melalui Dunia Maya

Bogor – Di era globalisasi yang sudah dipenuhi teknologi serba digital seperti sekarang ini para tokoh-tokoh masyarakat yang masuk dalam generasi Baby Boomer dan para guru-guru yang masuk dalam generasi X diharapkan tidak kalah dengan anak didiknya yang masuk dalam generasi Z dalam menguasai dunia digital utamanya terhadap teknologi di dunia maya atau internet .

Meski dunia maya telah memberikan banyak dampak kemajuan positif, namun bukan tidak mungkin dunia maya ini juga menimbulkan dampak negatif. Karena dunia maya saat ini juga digunakan kelompok-kelompok tertentu, yaitu kelompok radikal intoleran dalam menyebarkan paham=paham radikal terorisme dan intoleransi.

Hal tersebut dikatakan Kasubdit Kontra Propaganda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono, SH, M.Krim., saat menjadi narasumber pada acara Talk Show Peningkatan Kewaspadaan Daerah Dalam Menghadapi Ancaman Siber Tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Bogor.

Acara yang mengambil tema Kewaspadaan Dampak negatif Pemanfaatan Media Siber ini diikuti sebanyak 100 orang yang terdiri dari  Forum Mitra Strategis seperti Tokoh Masyarakat ataupun tokoh Ormas yang menjadi mitra dari Bakesbangpol Kab. Bogor,  Perwakilan dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kab. Bogor dan juga Perwakilan Persatuan Guru Madrasah (PGM) Kab. Bogor.

“Di era sekarang ini yang serba canggih dan menggunakan program digital, bapak ibu para tokoh masyarakat ataupun Guru jangan sampai kalah dengan muridnya atau anak anak yang ada di lingkungannya yang mana sekarang ini para generasi muda ini sudah menguasai dunia internet,” ujar Kolonel Cpl. Hendro

Lebih lanjut dirinya mengakui bahwa dunia maya sekarang ini memang banyak memberikan pengaruh positif dalam berbagai hal. Namun demikian ada dampak negatif juga kalau para penggunanya tidak bijak dalam memahami konten-konten yang tersebar dalam dunia maya. Karena kelompok radikal terorisme dan intoleran saat ini juga menggunakan dunia maya  melalui berbagai platform media sosial (medsos) dalam menyebarkan paham pahamnya.

Menurutnya, dunia maya ini sudah menjadi sebuah media bagi kelompok radikal terorisme untuk melakukan penyebaran konten radikalisme, ektrimisme dan ajakan kekerasan termasuk juga dalam melakukan perekrutan anggotanya. Pola radikalisasi melalui dunia maya atau siber ini biasanya diawali dengan penyebaran link grup Facebook dan Twitter. Dan komunikasi awal terjadi lewat inbox atau DM (Direct message).

Mereka lalu mengajak melalui grup umum melalui platform Whatapp, Telegram dalam bentuk grup diskusi atau channel berita  Karena nanti dari situlah nantinya secara pelan pelan grup itu mulai dibanjiri dengan konten negatif seperti konten hasutan, fitnah, adu domba, kebencian, hoax.

“Orang yang sudah ikut bergabung dalam grup tersebut secara otomotis akan ikut membaca, menerima informasi, tanpa penelaahan dan tanpa bekal pengetahuan tentang bahaya radikalisme. Bahkan nantinya juga akan disispkan konten keagamaan yang ditafsirkan secara sempit dan terbatas,” ujar alumni Akmil tahun 1996 ini.

Dari situlah menurutnya proses doktrinasi terjadi pada pemikiran dan sikap seseorang. Dimana secara tidak sadar seseorang itu terpengaruh paham radikal terorisme, dan tanpa disadari pula orang tersebut  mulai ikut menyebarkan konten atau paham tentang radikalisme tersebut.  Oleh sebab itu para guru dan juga orang tua juga harus memahami dunia internet utamanya penggunaan berbagai macam platform media sosial (medsos).

Oleh karena itu para orang tua, tokoh masyarakat dan guru wajib memahami karakter medsos, karena medsos adalah platform online yang merubah cara interaksi, komunikasi, kolaborasi dan berbagi dari ranah nyata ke arena virtual. Dimana karakteristik kehidupan medsos ini bersifat massif, secara langsung, lebih cepat dan anonymous.

“Bukan hanya untuk anak-anak kita saja, tetapi juga terhadap diri kita sendiri juga harus waspada dalam menerima berbagai informasi yang ada di dunia maya tersebut. Jadi ini yang harus diwaspadai oleh kita semua agar jangan mudah terpengaruh terhadapan ajakan ajakan seperti mengajak hijrah ke Suriah dan sebagainya seperti yang dilakukan kelompok terorisme ISIS (Islamic State Iraq and Suriah),” ujarnya sambil menontonkan kepada audience video tentang Kisah Para Deportan yang Termakan Bujuk Rayu ISIS.

Mantan Kasi Penggalangan BNPT ini juga meminta para tokoh masyarakat dan juga guru harus memiliki sense of crisis jika menemukan hal-hal yang menyimpang di lingkungannya wilayah tempat tinggal maupun di sekolahnya seperti adanya penyebaran paham radikalisme dan terorisme.

Jika menemukan hal tersebut di lingkungannya, mantan Wakil Kepala Peralatan Kodam (Kapaldam) XVI/Pattimura ini meminta guru dan para orang tua harus berani mengingatkan, membimbing murid-muridnya dan anak anaknya untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai bahaya radikal terorisme itu.

“Dari sini guru dan orang tua juga harus bisa mengawasi dan memberikan nasehat untuk meluruskan bagi murid-murid ataupun anak-anaknya jika ada yang melenceng dalam menggunakan medsos. Dan juga bapak ibu para tokoh masyarakat kalau menemukan hal-hal yang demikian harus berani melaporkan kepada aparat keamanan setempat,” katanya.

Di akhir paparannya mantan Kasi Bina Masyarakat BNPT ini kembali mengingatkan agar para guru dan tokoh masyarakat untuk selalu menggelorakan semangat perdamaian dan toleransi terhadap murid-muridnya dan lingkungan wilayah sekitarnya di tengah perbedaan yang ada di negara ini.

Karena Indonesia ini adalah negara yang majemuk dengan 300 kelompok etnik, 1.340 suku, lebih dari 600 bahasa daerah dan lebih dari 100 kelompok penghayat kepercayaan yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau. Yang mana semua perbedaan yang ada tersebut disatukan dalam wadah Pancasila yang menjadi ideologi bangsa ini.

“Dan para guru, tokoh masyarakat dan pengurus ormas harus dapat memahami dan dapat membedakan antara ideologi Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia ini dengan ideologi yang lain. Pancasila adalah ideologi yang telah dirumuskan oleh para faunding father bangsa ini yang dapat menyatukan semua perbedaan yang ada di negeri ini. Dan Pancasila ini harus terus ditanamkan kepada anak-anak kita dan juga masyarakat kita. Jangan sampai mudah terpengaruh dengan ideologi lain yang bisa memecah belah bangsa ini,” katanya mengakhiri