Balikpapan – Melaju kencangnya teknologi informasi tidak hanya membawa dampak baik namun juga dampak buruk. Pasalnya kemajuan itu dimanfaatkan kelompok-kelompok yang sebelumnya hanya menggunakan website atau aplikasi chat untuk menyebarkan pahamnya, sekarang mulai menyasar game-game online berbasis smartphone.
Hal itu disampaikan Kepala Seksi Partisipasi Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Letkol (Laut) Setyo Pranowo, SH, MM saat menjadi pembicara dalam Kegiatan Rembuk Aparatur Kelurahan dan Desa tentang Literasi Informasi yang diadakan Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Timur bertempat di Hotel Grand Tjokro, Balikpapan (28/03/19).
“Dulu mereka menggunakan website, whatsapp, telegram, kita kerjasama dengan kominfo, kita blokir. Sekarang interaksi lewat game, jadi lebih susah, dan harus lebih hati-hati. Anak-anak seharian di kamar main game, harus diperhatikan pak, apa yang dimainkan dan dengan siapa mereka berinteraksi,” ungkapnya.
Setyo menjelaskan perubahan pola tersebut harus membuat masyarakat lebih waspada. Terlebih lagi penyebaran paham itu diiringi dengan penggunaan berita-berita hoaks (bohong), masyarakat yang kurang hati-hati secara tidak sadar ikut serta dalam penyebaran itu.
“Sekarang teroris tidak hanya terjadi seperti jaman dahulu, bagaimana kita diajak untuk pengajian, diskusi, sekarang sudah berbeda, sekarang serba online, semuanya bisa dari rumah. Harus hati-hati juga hoaks dimana-mana, kalau dahulu mulutmu harimaumu, kalau sekarang jempolmu harimaumu,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Bidang Media Massa dan Humas FKPT Kaltim Endro S. Efendi. Menurut Endro, rendahnya keinginan masyarakat dalam memverifikasi berita menjadi salah satu alasan menyebarnya berita bohong atau hoaks.
“Masyarakat kita memiliki minat membaca yang rendah, baca judul saja sudah langsung percaya, sehingga hoaks sudah menjadi industri. Kalau ada berita yang belum jelas kebenarannya jangan disebar. Kalau beritanya benar, bermanfaat tidak kalau disebarkan, kalau tidak bermanfaat mengapa disebarkan, hati-hati dalam menggunakan jempol masing-masing,” ungkapnya.