Yayasan Empatiku Bersama BNPT Luncurkan Buku “Gerakan Tangguh Bersama Terhadap Ekstremisme Kekerasan. Ayo Kenali Tanda Peringatan Dininya”

Jakarta – Bahaya paham radikalisme dapat mempengaruhi siapa saja, terlebih lagi generasi muda yang belum matang dalam mengambil keputusan. Perlunya pertahanan dari ideologi transnasional semakin terasa saat ini ketika derasnya arus informasi semakin sulit untuk dibendung.

Sebagai bentuk upaya penanggulangan radikalisme sejak dini, Yayasan Empatiku merilis buku panduan berjudul “Gerakan Tangguh Bersama Terhadap Ekstremisme Kekerasan. Ayo Kenali Tanda Peringatan Dininya.” Acara peluncuran buku ini diadakan di Hotel Ashley Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, pada Senin (6/3/2023).

Hadir pada acara ini Mayjen TNI Nisan Setiadi, S.E. selaku Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), didampingi Rizky Adianhar selaku Kasi Media Literasi. Juga hadir Mira Kusumarini selaku Direktur Yayasan Empatiku, Kombes Pol Ponco Ardani selaku Kasubdit Kontra Ideologi Ditcegah Densus 88 AT, Dwi Yuliawati Faiz selaku Head of Programmes UN Women Indonesia, dan Iman Santosa selaku mitra deradikalisasi. Terdapat pula perwakilan dari beberapa kementerian dan lembaga pemerintahan, ormas, akademisi, dan pelaku sektor swasta serta media massa.

Rangkaian acara diawali dengan sesi talkshow dengan tajuk “Pentingnya Daya Tangguh dan Peran Serta Masyarakat dalam Menemukenali Tanda Peringatan Dini Sebagai Upaya Pencegahan Ekstremisme Kekerasan” yang dipandu oleh Dette Aliyah sebagai Master of Ceremony (MC). Sesi talkshow ini juga diikuti oleh beberapa peserta yang mengikuti secara daring melalui zoom.

Pada kesempatan ini, Mayjen TNI Nisan Setiadi, S.E., menyampaikan pentingnya peningkatan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat. Beliau mengapresiasi peluncuran buku panduan ini karena dapat membantu deteksi dini tanda-tanda ekstremisme di tengah masyarakat dengan memegang teguh prinsip kehati-hatian.

“Pancasila merupakan ideologi bangsa yang paling luar biasa. Janganlah ideologi bangsa dibandingkan dengan agama atau pun kitab suci karena tidak apple to apple,” kata Nisan Setiadi.

Nisan berharap dengan peluncuran buku ini dapat meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kewaspadaan dini pencegahan paham radikalisme dan ekstremisme. Pasalnya, seluruh komponen bangsa harus berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme, sesuai dengan semangat Pentahelix yang terdiri dari pemerintah, akademisi, pelaku usaha, media, dan masyarakat.

Hal senada disampaikan oleh Mira Kusumarini sebagai Direktur Yayasan Empatiku. “Peningkatan pengetahuan dan kemampuan mengenali tanda peringatan dini ekstremisme berbasis kekerasan akan membuat warga menjadi tangguh terhadap propaganda kelompok radikal. Buku panduan ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran mencegah penyebaran paham ekstremisme berbasis kekerasan di Indonesia bahkan dunia,” paparnya.

Mira juga menyampaikan bahwa buku panduan yang diluncurkan juga diterbitkan dalam bahasa Inggris.