Palangkaraya – Kepala Seksi Partisipasi Masyarakat Subdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Letnan Kolonel (Laut) Setyo Pranowo, meminta kalangan pendidik mewaspadai adanya potensi perantara penyebarluasan paham radikal terorisme pada game online. Hal ini sebagai upaya cegah dini terhadap radikalisme dan terorisme, khususnya di dunia pendidikan.
Hal ini disampaikan Setyo saat menjadi pemateri di kegiatan Integrasi Nilai-nilai Agama dan Budaya di Sekolah dalam Menumbuhkan Harmoni Kebangsaan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (25/4/2019). Kegiatan yang diselenggarakan oleh BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Tengah ini diikuti oleh 105 orang guru dari tingkatan PAUD hingga SMP sederajat di Kota Pangkaraya dan sekitar.
“Dengan permainan game online semacam Mobile Legend misalnya, kita harus mengamati dengan siapa anak-anak kita bergaul,” ungkap Setyo.
Meski belum ada hasil studi yang secara tegas menyebut game online menjadi perantara penyebarluasan paham radikal terorisme, lanjut Setyo, konten berunsur kekerasan dalam permainan tersebut berpotensi menggiring perubahan perilaku anak-anak yang memainkannya. “Sikap cenderung radikal pada anak-anak akan menjadikannya mudah tersusupi paham radikal terorisme. Hal ini yang harus kita antisipasi bersama,” tambahnya.
Dalam paparannya perwira menengah Angkatan Laut tersebut juga mengatakan, beberapa kejadian terorisme terbaru telah membalikkan fakta-fakta terkait penyebab keterlibatan seseorang. Ledakan bom di 3 gereja dan hotel di Sri Langka misalnya, disebutnya telah membantah teori tingkat kesejahteraan yang rendah akan mendorong keterlibatan seseorang dalam aksi terorisme.
“Siapapun sekarang bisa menjadi pelaku, tanpa memandang bagaimana status sosialnya di masyarakat. Kita harus sama-sama waspada terhadap pengaruh paham radikal terorisme,” tegas Setyo.
Kembali ke dunia pendidikan, Setyo meminta kalangan pendidik memberikan perhatian khusus kepada anak didik dengan latar belakang kemampuan eksak yang menonjol. Hal itu disampaikannya berdasarkan banyak kasus keterlibatan pemuda di jaringan pelaku terorisme. “Anak-anak ekssak biasanya memiliki kebiasaan berfikir leterlek. Ini yang menjadikannya rentang terpapar paham radikal terorisme,” tandasnya.
Sebagai penutup paparan, pria bertubuh jangkung tersebut mengingatkan keterlibatan masyarakat merupakan kunci keberhasilan dalam pencegahan penyebarluasan paham radikal terorisme.
“BNPT memang mendapatkan mandat untuk melakukan penanggulangan terorisme. Akan tetapi BNPT tidak akan mampu melaksanakannya sendiri. Dibutuhkan keterlibatan masyarakat dalam pencegahan terorisme,” pungkas Setyo. [shk/shk]