Serang – Ketua Fraksi Partai Keadilan Sosial DPR RI, Jazuli Juwaini mengatakan, para ulama, santri, dan umat Islam harus berada di garda terdepan dalam mengawal dan menjaga Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwa kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran dan kontribusi ulama dan pesantren untuk berjuang melawan penjajah.
Hal tersebut disampaikan Jazuli Juwaini, saat berbicara pada acara Silaturahim dan Dialog Kebangsaan dengan Alim Ulama dan Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) se-Kabupaten Serang. Para ulama ini tergabung dalam Forum Silaturahim Pimpinan Pondok Pesantren Kabupaten Serang (FSPP).
“Dialog Kebangsaan dengan Alim Ulama dan Pimpinan Pondok Pesantren diselenggarakan dalam rangka silaturahim sekaligus ikhtiar untuk mengokohkan khidmat dan kontribusi ulama dan pesantren bagi bangsa dan negara Indonesia. Karena, setelah bangsa ini merdeka kontribusi ulama dan pesantren tidak pernah jeda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Jazuli, melalui rilisnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (13/11/2017).
Anggota Komisi I ini menegaskan, begitu besar cinta ulama, santri, dan umat Islam pada negara ini sehingga tidak boleh ada pihak-pihak yang mendiskreditkan ulama, santri, dan umat Islam sebagai anti-Pancasila dan anti-NKRI. Sementara itu, juga ada yang mengklaim paling Pancasila, paling nasionalis dan paling NKRI.
“Bagaimana mungkin para ulama, santri dan umat islam anti-Pancasila dan anti-NKRI sedangkan para pendahulu kita, para ulama dan santri pejuang yang memerdekakan republik ini. Ada Laskar Hisbulloh, Laskar Sabilillah, dan laskar-laskar ulama-santri lainnya,” katanya.
Para ulama, santri, dan umat Islam harus berada di garda terdepan dalam mengawal dan menjaga Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini kita lakukan dengan dengan kesadaran penuh bahwa umat Islam lah yang semestinya mewarisi bangsa ini.
“Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika adalah konsensus yang dirumuskan oleh tokoh bangsa termasuk tokoh umat Islam seperti KH. Wahid Hasyim (NU), Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, Abdul Kahar Muzakir (Muhammadiyah), juga ada Haji Agus Salim,” jelasnya.
Atas seluruh catatan peran dan kontribusi di atas, sudah selayaknya negara memberikan penghormatan dan apresiasi kepada para ulama dan pesantren dengan keberpihakan kebijakan negara serta mengokohkan perannya dalam pembangunan.
“Untuk itu silaturahim ini berkomitmen untuk menghadirkan generasi Islam yang ‘rahmatan lil alamin’ yang jauh dari perilaku dan akhlak yang rusak/tercela serta berkontribusi dalam upaya mencegah radikalisme dan terorisme. Kita yakin, jika ulama dan para santri ini menjadi pemimpin dalam berbagai level, insya Allah bangsa ini akan lebih baik,” pungkasnya.