Bandung – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH menegaskan bahwa tidak ada ruang bagi bangsa Indonesia untu sembunyi dari terorisme. Karena itu, seluruh bangsa, terutama generasi muda harus fight melawan terorisme, baik melalui dunia nyata maupun dunia maya.
Pernyataan itu disampaikan Komjen Suhardi Alius saat menutup Pelatihan Duta Damai Dunia Maya 2017 wilayah Jawa Barat di Bandung, Kamis (13/4/2017). Menurutnya, saat ini dunia maya menjadi ajang penyebaran dan perekrutan anggota terorisme, terutama ISIS.
“Melalui dunia maya tidak ada filter lagi, semua bisa ditelan begitu saja. Dan itu bisa terjadi dimana-mana dan di sekitar kita. Karena itu peran adik-adik yang hari ini resmi telah menjadi duta damai dunia maya BNPT untuk melawan mereka dengan menyebarkan konten-konten damai di dunia maya,” ujar Komjen Suhardi Alius.
Dari pelatihan di Bandung ini, dihasilkan lima website damai yaitu www.aku.dutadamai.id, www.bhinneka.dutadamai.id, www.saung.dutadamai.id, www.cahaya.dutadamai.id, www.hanjuang.dutadamai.id. Kelima website itu akan bersinergi dengan website-website damai dari duta damai 2016. Juga dengan Pusat Media Damai (PMD) BNPT.
Komjen Suhardi Alius mengakui, tugas duta damai dunia maya ini tidak mudah. Tapi ia yakin para duta damai dunia maya yang notabene adalah anak muda, punya cara dan kiat sendiri untuk menghadapi penyebaran radikalisme dan terorisme di dunia maya.
“Saya atas nama pemerintah dan negara mohon bantuan kepada adik-adik untuk terlibat aktif dalam melakukan kontra radikalisasi di dunia maya. Kalau tahun lalu pelatihan digelar di empat kota, sekarang tujuh kota. Kedepan, para duta damai harus bisa menjalin jaringan yang terintegrasi untuk memperkuat kinerja duta damai dunia maya,” harap Suhardi.
Seperti diketahui, hasil survei di mengatakan 64 persen yang buka internet generasi muda. Padahal mereka sedang mencari jati diri, sangat labil. Menurut Suhardi, kalau mereka terpengaruh konten radikal tentunya akan sangat berbahaya karena bisa terkena virus radikalisme dan terorisme.
Suhardi melanjutkan, keberadaan konten radikal di dunia maya tidak terlepas dari tergerusnya wawasan kebangsaan. Kalau itu tidak ada imbangannya, maka ancaman konten radikal itu akan sangat luar biasa. Apalagi saat ini pelajaran-pelajaran kebangsaan di sekolah-sekolah banyak dilupakan. Contohnya sudah banyak anak muda yang tidak tahu pengetahuan umum kebangsaan, bagaimana dan siapa pahlawan bangsa, dan lain-lain.
“Tentu hal itu harus kita galakkan lagi, tapi tentunya metodenya harus disesuaikan dengan perkembangan sekarang. Jangan terkesan pelajaran itu seperti doktrin, tapi dibikin lebih fleksibel lagi,” lanjut mantan Kabareskrim Polri ini.
Komjen Suhardi Alius mengungkapkan, dalam penanggulangan terorisme tidak cukup hanya penindakan. Tapi harus bisa menyentuh masalah dan variabelnya dari hulu sampai hilir. Di hulu saja ada berbagai persoalan seperti kemiskikinan dan kurangnya pendidikan bagi anak-anak, terutama keluarga teroris. Mereka jangan hanya diisi akhlaknya, tapi juga pengetahuan, sehingga tidak mudah terpapar paham radikal terorisme.
Selain terus merekrut duta damai dunia maya, lanjut Suhardi, BNPT juga membuat lomba film pendek. Dan hasilnya
sejauh ini sangat luar biasa. “Saya pikir usia muda seperti adik-adik ini harus terus digalakkan untuk ikut terlibat memerangi terorisme. Kalau tidak Indonesia bahaya. Makanya saya mengajak mari kita bombardir dunia maya dengan konten damai. Mudah-mudahan kita bisa menyelamatkan bangsa ini dan menjadi NKRI dari ancaman terorisme,” pungkas Komjen Suhardi Alius.
Sementara itu, Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir berharap, para duta damai dan hasil yang telah dicapai akan lebih baik dari kakak-kakaknya tahun lalu. Artinya, duta damai 2017 dituntut bisa lebih kreatif, produktif, dan jernih dalam menghadirkan konten-konten damai di dunia maya.
“Yang paling banyak bermasalah sekarang adalah dunia maya. Kita semua tahu permasalahan di dunia maya, juga bagaimana gencarnya dunia maya mempengaruhi generasi muda sampai generasi tua, sehingga hal-hal yang seharusnya tidak terjadi, malah terjadi,” ungkap Mayjen Abdul Rahman Kadir.
Fakta inilah yang membuat duta damai dunia maya 2017 harus bisa bersinergi dengan duta-duta damai sebelumnya dalam menggaungkan perdamaian di dunia maya. Apalagi, para peserta tahun ini, seleksinya lebih ketat.
“Tahun lalu di 4 kota besar yaitu Medan, Makassar, Jakarta, dan Yogyakarta. Hasilnya sangat baik, karena itu tahun ini direncanakan lagi dan di mulai dari Jabar. Dengan kegiatan ini kita berharap, generasi muda di berbagai wilayah mengambil peran bersama BNPT untuk melakukan pencegahan agar masyaraat tidak terpapar radikalisme,” terangnya.