Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendorong kalangan perempuan untuk aktif sebagai agen perdamaian di dunia nyata maupun di dunia maya. Dorongan itu dilakukan sehubungan dengan tren radikalisasi yang menyasar kaum perempuan dan anak-anak yang terus meningkat.
Program Manager Asian Muslim Action Network Indonesia (AMAN Indonesia) Siti Hanifah, M.Pd, mengatakan saat ini zaman sudah berubah teknologi sudah berkembang sedemikian pesatnya. Karena itu jangan pernah disamakan bagaimana perlakuan orang tua, khusunya ibu dalam memperlakukan anak dan keluarga.
“Keterlibatan perempuan mempunyai peran strategis karena menjadi tumpuan pendidikan anak di keluarga maupun melalui komunitas perkumpulan perempuan,” kata Hanifa dalam kegiatan “Dialog Perempuan Agen Perdamaian” dalam pencegahan radikalisme dan terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DKI Jakarta Bidang Perempuan dan Anak di Jakarta, Kamis (3/9/2020).
Menurut dia, banyaknya orang tua yang abai akan aktivitas anak-anak mereka di dunia maya juga berdampak positif bagi penyebaran radikalisme dan terorisme. Pasalnya sekarang penyebaran paham tersebut bukan lagi secara langsung tetapi sudah tersebar luas di media sosial dan gampang diakses oleh anak-anak.
“Penyebaran narasi radikalisme di dunia maya bukan tanpa tujuan, melainkan itu merupakan hasil dari pergeseran ideologi yang terjadi dalam internal kelompok-kelompok radikal. Dahulu seorang teroris melakukan aksi harus mengikuti perintah pemimpinnya, sekarang untuk melakukan aksi seorang teroris tidak lagi harus menunggu perintah, cukup menyerang kelompok yang dianggap thogut”, lanjutnya.
Mengakhiri sesinya, Hanifa berharap, perempuan sebagai agen perdamaian harus sadar akan teknologi yang sedang berkembang, Sehingga narasi-narasi radikalisme yang tersebar luas di dunia maya tersebut tidak dikonsumsi oleh anak-anak secara gampang.