Sebagai paham yang menghalalkan segala cara, termasuk cara-cara kekerasan, radikalisme dan terorisme jelas merupakan paham yang harus dilawan. Meski demikian, kedua paham tersebut masih bergentayangan dimana-mana, salah satu ‘tempat persembunyian’ bagi radikalisme dan terorisme adalah media. Dalam berbagai studi tentang terorisme disebutkan bahwa paham kekerasan itu kerap menggunakan media untuk unjuk gigi, terorisme jaman modern juga butuh popularitas. Hal ini tentu menjadi tantang tersendiri bagi para awak media, terutama untuk memastikan bahwa kelompok teroris tidak akan mendapat tempat untuk menebar teror kepada masyarakat.
Untuk tujuan itulah hari ini, Selasa 17 November 2015 seratusan lebih awak media dari berbagai media massa di Palu berkumpul untuk melakukan dialog pencegahan radikalisme dan terorisme bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di gedung dinas Kominfo provinsi Maluku. Kegiatan ini terlaksana berkat kerjasama antara BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Maluku.
Maksud utama dari kegiatan ini adalah untuk memberikan strategi dan etika pemberitaan terkait isu radikalisme dan terorisme di media massa, jangan sampai media justru ikut melakukan propaganda melalui jenis-jenis pemberitaan yang tidak sesuai dengan etika jurnalistik yang telah disepakati bersama.
Ditemui secara terpisah, direktur pencegahan BNPT, Brigjen Pol Drs. H. Hamidin menyatakan bahwa kegiatan dialog dengan melibatkan awak media yang rutin dilakukan oleh BNPT ini dimaksudkan untuk merangkul awak media sebagi mitra startegis BNPT dalam melakukan pencegahan terhadap radikalisme dan terorisme di kalangan masyarakat. Karenanya ia berharap agar awak media dapat konsisten menyampaikan berita atau informasi yang sifatnya mendidik dan mencerahkan masyarakat, sehingga mereka tidak mudah terpangaruh dengan ajakan-ajakan untuk melakukan kekerasan oleh kelompok radikal teroris.