Surabaya – Jawa Timur masih menjadi kawasan yang rentan terhadap pergerakan penganut paham radikal dan terorisme. Ada tiga wilayah di Jawa Timur yakni Malang, Lamongan, dan Surabaya, yang masih dihuni cukup banyak aktivis paham tersebut dan proses regenerisasinya juga berjalan.
“Ketiga wilayah tersebut berpotensi besar memunculkan aksi teroris sejak beberapa tahun terakhir. Lima ledakan bom dalam tempo 25 jam di Surabaya dan Sidoarjo beberapa hari lalu adalah pembuktian terkini dari kekhawatiran itu,” jelas pengamat dan mantan teroris, Ali Fauzi kepada wartawan, beberapa hari lalu.
“Regenerasi paham radikal berjalan mulus di Jawa Timur, terlebih di tiga wilayah tersebut. Proses regenerasi terus dilakukan agar mereka tidak mati. Karena kalau mati tak kan terjadi regenerasi,” sambung mantan napiter yang pernah bertugas sebagai instruktur bom Jamaah Islamiyah (JI) Wakalah Jawa Timur ini.
Sementara itu, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur, Soubar Isman, menerangkan, sejak dua tahun terakhir pihaknya sudah melakukan survey terkait potensi suburnya radikalisme di sejumlah kota dan kabupaten di Jawa Timur. Survey ini dilakukan bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Kami punya data valid daerah di Jawa Timur yang berpotensi besar untuk tumbuhnya paham radikal. Tapi data kami bersifat rahasia karena sifatnya adalah pencegahan terorisme,” kata Saubar.
Proses survey itu, lanjutnya, dilakukan antara lain di Sidoarjo, Gresik, Sumenep, Pasuruan, Malang Kota dan Kabupaten Lamongan, Tuban, Blitar, Tulungagung, dan Banyuwangi. Dan berdasarkan hasil survey, “Delapan daerah di Jawa Timur sangat rawan dimasuki gerakan radikal dan teroris,” pungkasnya.