Merauke – Dalam menghadapi dinamika terorisme yang terus berkembang,
Kepala Satuan Tugas Wilayah (Kasatgaswil) Papua Densus 88 Anti Teror
(AT) Polri, Kombes Pol. Surya Putra Mustika, mengingatkan bahwa
terorisme bukanlah ancaman yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari
konsekuensi kemajuan peradaban manusia. Ia menyebut fenomena ini
sebagai “bayang-bayang peradaban”. kejahatan yang selalu menyertai
setiap fase kemajuan masyarakat.
“Sejauh mana pun peradaban berkembang, akan selalu ada sisi gelap yang
mengikutinya. Itulah bayangan dari kemajuan yang harus kita waspadai
bersama,” ungkap Kombes Surya dalam keterangannya yang dikutip dari
rri.co.id.
Lebih lanjut, Kombes Surya menjelaskan bahwa pendekatan represif
melalui penegakan hukum saja tidak cukup untuk mengatasi ancaman
terorisme. Menurutnya, perlu ada pendekatan yang komprehensif dan
kolaboratif, melibatkan semua lapisan masyarakat dan pemangku
kepentingan, bukan hanya aparat penegak hukum.
Tiga Strategi Utama Cegah Radikalisme dan Terorisme
Menurut Kombes Surya, dalam upaya mencegah penyebaran paham radikal
dan aksi teror, Densus 88 merumuskan tiga langkah utama yang harus
dijalankan secara simultan:
1. Mencegah Munculnya Paham Intoleran di Masyarakat
Masyarakat perlu dibekali pemahaman tentang pentingnya keberagaman dan
toleransi antarumat beragama, suku, dan budaya. Paham intoleran
seringkali menjadi pintu masuk menuju radikalisme.
2. Menghentikan Perilaku dan Narasi Radikal di Tingkat Warga
Penting bagi seluruh elemen masyarakat untuk bersikap aktif dalam
menangkal provokasi, ujaran kebencian, serta ideologi kekerasan yang
kerap menyasar kelompok rentan, khususnya generasi muda.
3. Menegakkan Hukum Secara Adil dan Profesional
Penegakan hukum terhadap pelaku terorisme harus dilakukan secara
tegas, namun tetap menjunjung prinsip keadilan dan hak asasi manusia.
Hal ini penting agar masyarakat tetap percaya terhadap institusi
keamanan.
Sinergi Adalah Kunci
Kombes Surya menekankan bahwa keberhasilan penanggulangan terorisme
hanya dapat dicapai melalui sinergi dan kesatuan visi antara aparat,
masyarakat sipil, tokoh agama, pendidik, serta lembaga pemerintah dan
non-pemerintah.
“Kita harus seiya sekata dalam menciptakan Indonesia yang damai dan
tenteram. Tugas ini bukan hanya milik Polri atau aparat semata, tetapi
tanggung jawab kita bersama sebagai bangsa,” tegasnya.
Dengan semangat kolaborasi, Densus 88 berharap dapat menciptakan
lingkungan yang lebih waspada terhadap bahaya radikalisme serta
memperkuat ketahanan masyarakat terhadap infiltrasi ideologi kekerasan
yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.