Yogyakarta – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan, akulturasi budaya di Indonesia sangat berbeda dengan akulturasi budaya barat. Hal ini yang harus dipahami generasi muda, agar semua aspek kehidupan yang dilakukan tidak bertolak belakang dengan budaya yang telah dijaga segenap elemen bangsa sama-sama selama ini.
Hal itu dikatakannya di depan Pelatihan Kader Penggerak Pancasila untuk Mahasiswa. Pelatihan digelar di Benteng Vredeburg Malioboro 24-25 November 2017. Acara bertajuk ‘Pancasila Dalam Perbuatan” diselenggarakan Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) dan diikuti 250 peserta dari 25 perguruan tinggi di Indonesia.
Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila juga menggandeng empat perguruan tinggi ternama di Yogyakarta. Ada Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY), dan Universitas Sanata Dharma (USD).
“Jika akulturasi budaya, pemahaman orang barat berbeda dengan orang Indonesia. Pemahaman orang barat hanya mengenai ilmu pengetahuan, sedang orang Indonesia tidak sekadar itu.Orang Indonesia melibatkan tradisi dan pemahaman dari etnik-etnik yang ada, serta mengedepankan etika dan moralitas yang diyakini sesuai agamanya masing-masing,” kata Sultan HB X, Sabtu (25/11/2017).
Dia menjelaskan, bangsa ini memang dibangun dari perbedaan yang ada, dengan etnik yang jadi bagian bangsa. Para pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928 telah menyatakan diri perbedaan itu harus jadi satu bangsa. Para pendahulu bangsa, telah berkomitmen untuk menjadikan seluruh perbedaan menjadi suatu persatuan, sebagaimana tercantum dalam sila ketiga Pancasila.
“Sebab, keberagaman merupakan keunikan yang bisa memperkuat keutuhan bangsa. Semua keetnikan yang ada di Indonesia itu telah diakui dalam konstitusi, semua etnik di bangsa ini berhak punya aspirasi dan nilai pada kebangsaan dan kebudayaannya,” jelasnya.
Selain itu, konstitusi memiliki peran penting menentang kebodohan dan keterbelakangan yang ada di negeri ini. Karenanya, Sultan HB X berpesan, jika siapa saja memiliki pilihan jadi aparatur negara, jadilah birokrat yang baik. Terutama, tidak korupsi dan menyalahgunakan wewenang.
“Untuk itu, saya berharap, generasi saat ini dan yang akan datang tidak hanya berani mati mempertahankan keutuhan bangsa, tapi harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar, bangsa kita memiliki daya saing dan bertahan terhadap persaingan global,” pungkasnya.