Makassar – Tidak hanya siswa yang harus dilindungi dari ancaman
intoleransi, kekerasan, dan bullying, tetapi para guru juga harus
memiliki perlindungan yang sama. Dan itu telah diatur dalam peraturan
pemerintah.
Hal itu ditegaskan oleh psikolog Rukiana Novianti S.Psi., M.Psi., saat
menjadi narasumber Sekolah Damai berupa “Pelatihan Guru Dalam Rangka
Menumbuhkan Satuan Pendidikan Dalam Rangka Menolak Intoleransi,
Kekerasan, dan Bullying” di Pondok Pesantren IMMIM, Makassar, Kamis
(7/11/2024).
Ia memaparkan terkait peran guru dalam penguatan karakter dan
pencegahan kekerasan/bullying di sekolah. Rukiana menyoroti fenomena
akhir-akhir di lingkungan pendidikan dimana ada anak didik berperilaku
kekerasan, sementara ada orang tua yang tidak suka anaknya
didisplinkan sehingga masalah tersebut harus masuk ke ranah
kepolisian.
“Kenapa ada anak berperilaku kekerasan? Kenapa juga ada orang tua
tidak suka anaknya disiplinkan? Pertanyaan ini penting agar kita para
guru paham dengan kebutuhan siswa dan bisa memperlakukan mereka sesuai
dengan batasan para guru,” katanya.
Ia juga menegaskan bahwa guru juga berhak mendapat perlindungan yang
sama dalam proses belajar dan mengajar. Dan itu perlu disosialisasikan
sehingga masyarakat tahu bahwa tidak hanya siswa yang harus
dilindungi, para guru pun juga demikian.
Selanjutnya, ia memaparkan terkait fenomena bullying dan kekerasan di
sekolah. Juga bagaimana peran guru dalam mengatasi masalah tersebut.
Ia juga mengajak para guru untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
terkini. Pasalnya, guru sekarang menghadapi generasi milenial yang
jelas berbeda penanganannya dengan cara-cara pendidikan era
sebelumnya.
“Pola komunikasi harus diubah kita sekarang mendidik anak milenial.
Poa dengan mereka dengan dialog, sementara bapak/ibu guru masih
membawa pengajaran seperti yang dibawa dari gurunya dulu. Itulah
kenapa beberapa kepala sekolah, bila ada guru baru, kasih pelatihan
karena pengalaman PKL saja belum cukup. Berikan pemahaman bagaimana
cari memberikan pemahaman anak sesuai usianya. Itu dibutuhkan untuk
anak-anak usia milenial,” papar Rukiana.