Yogyakarta– Muhammadiyah adalah salah satu mitra strategis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam membentengi bangsa Indonesia dari propanda paham radikal terorisme dan ISIS. Pernyataan itu diungkapkan Kasubdit Pengawasan dan Kontra Propaganda BNPT Kolonel TNI Dadang Hendrayudha saat memaparkan laporan pelaksanaan Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Bersama Muhammadiyah di Sportorium, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta, Kamis (28/7/2016).
“BNPT terus berupaya menjalin kemitraan sinergis dengan PP Muhammadiyah dalam membentengi masyarakat dari pengaruh paham radikal terorisme yang mengatasnamakan islam. Muhammadiyah merupakan organisasi keagamaan islam tertua di Nusantara yang saat ini tetap konsisten dengan pemahaman islam yang moderat dan rahmatan lil alamin sehingga dapat berguna dalam upaya mencegah berbagai pandangan radikal dan ekstriem khususnya terorisme,” kata Kolonel Dadang.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan perwujudan dari sinergitas tersebut. Selain Muhammadiyah, BNPT juga telah bergandengan tangan dengan lembaga-lembaga pemerintah terkait, NU, dan berbagai ormas lainnya. Kegiatan dialog ini merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan BNPT tahun 2016 dengan melibatkan lintas kementerian dan seluruh komponen masyarakat dari berbagai latar belakang berbeda. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya adalah Dialog 100 Pemuda bekerjasama KNPI di Medan, dengan 1000 Mahasiswa Kerjasama dengan Menristek Dikti di Semarang, dengan 700 Imam Masjid dan Dai Muda di Solo kerjasama dengan IPIM.
Selanjutnya dengan Dialog dengan 1500 Pelajar di Bandung Kerjasama dengan Mendikbud, IPNU, dan AGPAII, 1000 Pemuda Ansor di Semarang, 1000 Pimpinan Pesantren dan Santri di Cirebon Kerjasama dengan Rabithah Ma’ahid Islamy-NU, 1000 Pengurus Rohis Kerjasama dengan AGPAII di Jakarta, dan terakhir Dialog dengan 700 Pimpinan Pesantren Kerjasama dengan IPIM di Jakarta.
Dadang menegaskan bahwa paham radikalisme dan terorisme merupakan ancaman nyata yang seringkali menggunakan agama sebagai justifikasi dan legitimasi berbagai aksi dan tindakan mereka. Islam merupakan korban dari penafsiran dangkal dari kelompok radikal terorisme yang telah menggunakan islam sebagai topeng kekerasan.
“Harus diwaspadai bahwa ajaran mereka telah menyusup ke berbagai sendi kehidupan masyarakat, baik melalui pendidikan, lembaga keagamaan maupun sarana yang paling efektif melalui dunia maya untuk mempengaruhi dan memperdaya masyarakat dengan menggunakan bahasa dan ajaran agama,” ungkap Mantan Dandim Bojonegoro dan Pacitan ini.
Dari kegiatan ini diharapkan bisa terjalin kerjasama antara BNPT dengan PP Muhammadiyah Pusat dan warga Muhammadiyah di DI Yogyakarta dalam upaya pencegahan terorisme di tengah masyarakat. Kedua meningkatkan keterlibatan ormas keagamaan dalam upaya mencegah dan mengantisipasi pengaruh paham islam radikal, khususnya ISIS. Dan ketiga meningkatnya daya tangkal masyarakat terhadap pengaruh paham terorisme dan ISIS.
Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dengan Muhammadiyah di Yogyakarta ini dihadiri 1000 orang yang terdiri dari warga, mahasiswa dan pelajar Muhammadiyah. Kegiatan ini menghadirkan narasumber Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafi’i Ma’arif, Sekjen PP Muhammadiyah, Rektor UMY, Direktur Pencegahan Brigjen Pol. Drs. Hamidin, mantan teroris, Ali Fauzi, dan korban bom Marriot, Tony Sumarno.