Mamuju – Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Sulawesi Barat gandeng para seniman dan sastrawan dalam upaya menanggulangi fenomena radikalisme dan terorisme yang dihadiri oleh kalangan guru, pelajar dan mahasiswa se Sulawesi Barat. Dalam dialog yang diselenggarakan di Hotel D’Maleo di Kota Mamuju, Kamis (10/8/2017). Mengangkat tema “ “Sastra Cinta Damai, Cegah Paham Radikal”, FKPT menghadirkan dua seniman dan sastrawan nasional, Fikar W. Eda dan Eka Budianta.
Fikar mengatakan bahwa pelibatan komunitas seni dan sastra dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme merupakan langkah tepat mengingat karya-karya mereka apakah itu puisi, drama, lagu, tarian merupakan unsur penting dalam menciptakan kedamaian dan keragaman mengingat karya-karya mereka tidak memiliki batas tapi dapat diterima oleh semua pihak dan kalangan. Sastra dan seni merupakan icon penting dalam upaya mempersatukan keberagaman bangsa ini dan sangat mungkin dijadikan sebagai alat untuk mencegah paham-paham kekerasan di tengah-tengah masyarakat yang kini sedang berkembang di sekitar kita. Fikar Sastrawan asal Aceh ini juga menyampaikan contoh Puisi di aceh bukan hanya kumpulan kata-kata dan nasihat, akan tetapi juga sebagai peringatan dini terhadap suatu peristiwa, terbukti sebelum musibah tsunami sudah ada puisi lokal yang menyiratkan tentang kejadian alam yang hebat dan Puisi juga dapat meningkatkan keeratan masyarakat setempat, dan merupakan sarana untuk menyalurkan semangat pertarungan atau perlawanan terhadap hal-hal yang negatif yang dapat merusak tatanan masyarakat serta dengan puisi intelektual bekerja, dengan puisi dapat menyejukan hati, dan puisi tidak mengenal perbedaan yang ada.
Sementara itu, Eka Budianta menjelaskan bahwa sastra memiliki keistimewaan yang sangat unik karena dengan sastra seseorang akan terbuka pemikirannya dan tidak terkungkung pada satu pemikiran akan tetapi akan terbuka dengan sesamanya. Sastra juga dapat membendung pemikiran-pemikiran radikal terorisme pada setiap orang karena karakteristik sastra yang mengajak seseorang akomodatif, transparansi dan tidak esklusif. Sastra juga sangat mendukung seseorang menjadi toleran dan tidak fanatik pada pendapat seseorang, termasuk pemikiran-pemikiran radikal yang telah mendistorsi nilai-nilai agama yang positif. Namun pada waktu yang sama Eka juga mengingatkan sebagai Penyair melalui karyanya dapat merawat kerukunan dan perdamaian, menjadi inspirasi hidup kreatif, cinta lingkungan, penuh toleransi, dan menghormati kemanusiaan, cinta sejarah, serta menjaga hari depan. Sehingga sastra ibarat pisau tergantung siapa yang menggunakannya. Melalui sastra seseorang juga dapat terpengaruh ke hal-hal yang negative karena penyampainnya yang radikal maka pendengar juga bisa terpengaruh kepada pemikiran radikal.
Oleh karena itu ia menekankan bahwa pelibatan komunitas seni dan sastra dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme menjadi sangat penting sehingga suara para seniman dan sastrwan dapat disatukan melawan fenomena radikalisme dan terorisme. Pelibatan komunitas seni dan sastra dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme merupakan langkah FKPT BNPT untuk melibatkan semua elemen masyarakaat dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme secara semesta.