Lombok Tengah, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Nusa Tenggara Barat, Rabu (21/10/2020), menggelar kegiatan Pelibatan Perempuan dalam Pencegahan Terorisme. Kaum perempuan perwakilan berbagai organisasi dijadikan peserta kegiatan untuk bersama-sama diajak meningkatkan kewaspadaan, karena potensi terorisme di NTB yang dianggap masih tinggi.
“Terorisme itu aksinya, bermula dari radikalisme. Di NTB masih banyak pesantren dan komunitas yang radikal, di antaranya tidak mau memasang dan hormat ke bendera merah putih,” kata Lalu Syafi’i dalam sambutannya di pembukaan kegiatan.
Sebaran pesantren dan komunitas yang masih menunjukkan sikap radikal itu, lanjut Lalu Syafi’i, di antaranya ada di Lombok Barat, Lombok Timur, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu. Tak hanya itu, potensi terorisme diyakini masih tinggi karena catatan sejarah keterlibatan masyarakat NTB pada sejumlah aksi terorisme di Indonesia.
“Mereka yang dari NTB biasanya bertugas merakit bom. Itu yang kita khawatirkan bahwa mereka masih memiliki kader,” ungkap Lalu Syafi’i.
Untuk itu Ia mengajak kalangan perempuan di NTB meningkatkan kewaspadaannya, agar melindungi diri dan keluarganya dari pengaruh ideologi radikal terorisme.
Hal yang sama disampaikan Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Anak FKPT NTB, Atun Wardatun. Dalam paparan materinya ia mengungkap, sasaran perekrutan kelompok terorisme adalah generasi muda di kisaran usia 17 – 24 tahun.
“Karena itu sebagai ibu dan sebagai nenek kita harus bisa selalu melindungi anak-anaka kita dari pengaruh ideologi radikal terorisme,” kata Atun.
Dalam konteks NTB, Atun menambahkan, hasil penelitian menunjukkan faktor perasaan ketidakhadiran Negara bagi masyarakat Bima dan Dompu mendorong tumbuh pesatnya ideologi radikal terorisme.
“Untuk itu mari kita perkuat hubungan sosial antarmasyarakat agar tidak ada yang merasa dikucilkan di lingkungan kita, yang bisa mendorongnya masuk ke jaringan terorisme,” pungkas Atun.