Perlu Dokter Spesialis Deradikalisasi Tangani Mantan Terorisme

Yogyakarta – Mantan teroris yang sekaligus adik kandung Amrozi dan Ali Imron, Ali Fauzi Manzi mengatakan, persoalan terorisme tidak bisa dilihat hanya sebagai urusan ekonomi semata. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu program deradikalisasi yang menyeluruh. Dibutuhkan dokter spesialis deradikalisasi atau orang-orang yang pernah terlibat secara aktif di dunia itu.

Dikatakan, dokter spesialis deradikalisasi tersebut dibutuhkan untuk mengatasi sesuatu yang mampu menyadarkan, memandirikan, dan memberdayakan para mantan kombatan. Karena terorisme itu bukan hanya tentang kemiskinan, tapi merupakan persoalan ideologi. Jadi, ketika penanganannya hanya mengandalkan bantuan uang, maka tak akan berhasil.

Hal tersebut disampaikan oleh mantan anggota Jamaah Islamiyah Ali Fauzi Manzi dalam dialog kebangsaan bertajuk Kembali Merajut Hidup, Dari Lingkaran Bom Menuju lingkar Perdamaian di Gandroeng Coffe, Minggu (19/11/2017).

“Sebagai mantan teroris, saya dan teman-teman setiap hari selalu diarahkan untuk membenci polisi dan mengganti dasar negara sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya benar. Kami diajarkan untuk membunuh polisi sebanyak mungkin,” kata Ali Fauzi dalam dialog kebangsaan bertajuk ‘Kembali Merajut Hidup, Dari Lingkaran Bom Menuju lingkar Perdamaian’ di Gandroeng Coffe, Yogyakarta, Minggu (19/11/2017).

Dikatakan, kalau ada yang bilang terorisme adalah rekayasa polisi itu salah. Terorisme adalah kelompok yang ingin menghancurkan Indonesia. Untuk menanganinya butuh berbagai metodelogi. Penanganan setiap orang harus berbeda-beda. Itulah sebabnya untuk menangani para teroris dibutuhkan dokter spesialis atau orang-orang yang pernah terlibat secara aktif dalam dunia itu. Karena merekalah yang memahami kehidupan seorang pelaku terror.

Mantan Kepala Instruktur Perakitan Bom JI Jawa Timur itu juga mengatakan, program deradikalisasi yang dibutuhkan, tidak bisa hanya dalam bentuk bantuan sosial berupa santunan, tapi haruslah bersifat produktif. Selain itu, juga dibutuhkan komunitas yang bisa menerima keberadaan mereka. Sebab, saat seorang teroris yang sudah keluar penjara dan lingkungannya abai, ada kemungkinan akan kembali ke komunitas yang lama.

“Para teroris yang hendak dan sudah bertobat, perlu dilatih, dibina, dan dikembangkan agar bisa menjadi pribadi yang mandiri. Bagaimanapun mereka punya anak dan istri yang harus dihidupi. Keberlangsungan hidup perlu diutamakan. Pemerintah sedianya menjadi fasilitator untuk mengasah dan mengasuh mereka dalam berkarya,” jelasnya.

Dia juga menyebutkan bahwa peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dalam dua tahun terakhir sudah cukup bagus dengan langsung bergerak ke akar rumput dengan melakukan pembinaan dan penyadaran. Namun, perlu ada program lanjutan yang bisa benar-benar mampu membuat mantan teroris hidup mandiri.

Ali Fauzi Manzi bersama dengan mantan teroris lainnya, telah mendirikan komunitas bagi para mantan dan keluarga pelaku teror yang bernama Yayasan Lingkar Perdamaian. Biasanya, dia melakukan pendekatan saat mereka masih berada di penjara. Tujuannya untuk menyadarkan dan menawarkan program yang dimiliki Lingkar Perdamaian.

“Ketika mereka keluar, mereka sudah mengenal dan enjoy dengan saya. Sekarang mereka ada yang diperkejakan di bengkel, pertambangan, ada yang kerja di Surabaya, di Samsat juga. Saya punya CV yang digunakan untuk memberi bantuan dan membuat mereka berdikari,” jelas pria yang pernah mendirikan kamp pelatihan militer di Mindanao, Filipina itu.