Probolinggo – Gereja Ngawi Wetan, Kraksaan, Probolinggo melakukan
kunjungan silaturahmi ke Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton,
Kabupaten Probolinggo, pada Ahad (13/04/2025). Kegiatan ini menjadi
bagian dari misi tahunan yang diusung oleh Komisi Antar Umat (KAUM)
Gereja Ngawi Wetan dalam rangka memperkuat toleransi antarumat
beragama,
Kunjungan tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Komisi Antar Umat, Dwi
Kasongko, yang juga menjabat sebagai ketua rombongan. Ia menyampaikan
bahwa kunjungan ini bertujuan untuk merajut dan merawat jalinan
persaudaraan lintas iman di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.
“Kami ingin menciptakan toleransi yang kuat dan membangun ruang-ruang
dialog damai antar umat beragama. Pesantren ini menjadi salah satu
tempat yang sangat tepat untuk itu,” ujar Dwi Kasongko.
Ia mengungkapkan bahwa Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi destinasi
rutin dalam agenda tahunan mereka karena memiliki rekam jejak panjang
dalam mengembangkan nilai-nilai toleransi dan keterbukaan terhadap
keberagaman.
Menurutnya, sikap terbuka dan penuh penghargaan terhadap keberagaman
yang ditunjukkan oleh keluarga besar Nurul Jadid merupakan teladan
penting bagi kehidupan beragama di Indonesia. “Setiap tahun kami
kembali ke sini, dan setiap kali itu pula kami mendapatkan pelajaran
baru tentang persaudaraan dan kebersamaan,” imbuhnya.
Kedatangan rombongan Gereja Ngawi Wetan disambut hangat oleh Pengasuh
Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, beserta sejumlah
asatidz dan santri senior. Pertemuan berlangsung dalam suasana
kekeluargaan, penuh rasa saling menghormati.
KH. Zuhri Zaini dalam sambutannya mengapresiasi inisiatif Gereja Ngawi
Wetan yang menjadikan pesantren sebagai bagian dari jembatan dialog
antarumat beragama. Menurutnya, kunjungan ini mencerminkan semangat
kebhinekaan yang menjadi kekuatan utama bangsa Indonesia.
“Semoga pertemuan ini menjadi awal yang baik untuk mempererat hubungan
antarumat beragama. Kita harus terus merawat perdamaian, karena itu
adalah ajaran utama dalam agama mana pun,” tutur Kiai Zuhri dengan
penuh semangat.
Kiai Zuhri menambahkan bahwa pesantren tidak hanya tempat belajar
agama Islam, tetapi juga tempat menanamkan nilai-nilai kemanusiaan,
seperti saling menghargai, peduli, dan hidup berdampingan dalam damai.
Nilai-nilai inilah yang terus diajarkan kepada para santri.
Dalam kesempatan tersebut, kedua belah pihak saling bertukar pandangan
mengenai upaya membumikan nilai-nilai toleransi di tengah masyarakat.
Diskusi berlangsung terbuka dan hangat, mencerminkan semangat inklusif
yang diusung kedua lembaga keagamaan ini.
Rombongan juga diajak berkeliling lingkungan pesantren, melihat
aktivitas santri, dan menyaksikan bagaimana kehidupan keagamaan di
pesantren dibingkai dalam kedamaian dan keterbukaan terhadap
perbedaan.
Kegiatan ditutup dengan doa bersama untuk kebaikan bangsa dan negara,
yang dipimpin secara bergantian oleh perwakilan dari Gereja dan
Pesantren. Doa menjadi simbol harapan bersama akan perdamaian dan
kerukunan yang terus tumbuh subur di tanah air