Pergeseran Budaya Menjadikan Sumsel Berstatus ‘Kuning’

Palembang – Asisten 3 Sekdaprov Sumatera Selatan, Prof. Edward Juiarta, tak menampik daerahnya memiliki potensi sedang terhadap potensi keterpaparan paham radikal terorisme. Pergeseran budaya disebutnya sebagai pemicu situasi tersebut.

Hal ini disampaikan Edaward saat mewakili Gubernur Sumatera Selatan dalam penyampaian sambutan di pembukaan kegiatan Pelibatan Perempuan dalam Pencegahan Terorisme di Kota Palembang, yang diselenggarakan oleh BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatera Selatan, Kamis (28/3/2019). Dia menyebut potensi keterpaparan radialisme dan terorisme di Sumsel berwarna kuning atau sedang, dan mengajak masyarakat untuk berbenah diri.

“Kita tidak bisa berhenti di status waspada ini” kata Edward.

Dalam sambutannya Edward menyebut kemajuan teknologi telah mendorong terjadinya pergeseran budaya, sehingga menggerus budaya silaturahim di masyarakat. Situasi itulah yang rentang dimanfaatkan oleh jaringan pelaku radikal terorisme untuk menyusup dan menyebarluaskan keyakinannya.

“Kita duduk semeja, tapi di antara kita saling sibuk menggunakan gadget. Fenomena ini mengurangi sense of belonging di masyarakat, menjadikan tidak saling kenal lebih dekat, sehingga memantik rasa saling curiga,” terang Edward.

Edward mengajak setiap lapisan di masyarakat, khususnya kelompok perempuan untuk mengatasi penurunan sense of belonging tersebut, di antaranya dengan menjalin ukhuwah yang kuat dalam kehidupan bermasyarakat.

“Saya sepakat dengan anggapan perempuan adalah pioner, perempuan mampu menjadi agen perdamaian. Tidak ada cara yang lebih baik ketika perempuan sudah mau turun terlibat dalam pencegahan radikal terorisme,” tegas Edward.

Ketua FKPT Sumatera Selatan, Periansyah, juga mengamini bahwa daerahnya berstatus sedang terhadap potensi keterpaparan paham radikal terorisme. Dia juga mengungkap hasil penelitian IPAC, yang menempatkan perempuan telah menggeser kaum lelaki sebagai pelaku aksi terorisme.

“Kegiatan semacam ini kami harapkan menjadi stimulus untuk kegiatan-kegiatan sejenis ke depannya, sehingga pencegahan radikal terorisme dapat dilakukan menyeluruh,” kata Periansya. [shk/shk]