Perangi ISIS, AS Beri Bantuan 150 Juta Dolar untuk Suriah & Irak

Jakarta – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mengatakan pada Kamis (8/6/2023), bahwa AS akan memberikan bantuan sebesar hampir 150 juta dolar AS untuk daerah-daerah di Suriah dan Irak yang telah dibebaskan dari kelompok ekstremis ISIS.

Hal tersebut disampaikan Blinken pada Konferensi Pemberantasan Terorisme tingkat menteri yang diselenggarakan oleh Arab Saudi terkait memerangi kelompok ISIS tersebut, yang kini tidak lagi menguasai wilayah mana pun. Namun, AS berkeyakinan kelompok afiliasinya masih kuat, dengan melakukan berbagai serangan di wilayah Afrika, Asia, dan Timur Tengah.

Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS terdiri atas lebih dari 80 negara dan terus mengoordinasikan tindakan terhadap kelompok ekstremis, yang pada puncak kejayaannya menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak. Blinken mengatakan bahwa janji AS tersebut merupakan bagian dari pendanaan baru yang berjumlah lebih dari 600 juta dolar AS.

“Kondisi keamanan dan kemanusiaan yang buruk. Kurangnya kesempatan ekonomi. Ini adalah bahan bakar bagi keputusasaan yang menjadi bahan bakar bagi ISIS untuk mencari makan dan merekrut anggota,” ujarnya, dengan menggunakan singkatan yang umum digunakan oleh kelompok ekstremis tersebut.

Blinken memoderasi jalannya konferensi tersebut sebagai bagian dari kunjungan dua hari ke kerajaan di Timur Tengah di mana ia bertemu dengan para pejabat senior Saudi, termasuk pemimpin de facto negara tersebut, Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Blinken juga menghadiri pertemuan para menteri luar negeri negara-negara Teluk.

Amerika Serikat telah dipaksa untuk menyesuaikan kembali posisi aliansi yang telah terjalin selama beberapa dekade dengan Arab Saudi. Hal itu karena kerajaan tersebut berusaha untuk mengubah dirinya menjadi pemain global yang tidak terikat dengan Washington.

Di bawah kepemimpinan putra mahkota, Mohammed bin Salman, Kerajaan Saudi yang kaya akan minyak ini telah memulai transformasi ekonomi dan sosial besar-besaran. Perubahan besar-besaran ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungannya pada minyak dan menarik perdagangan, investasi, dan pariwisata.

Dalam beberapa tahun terakhir, kerajaan Saudi ini telah mencabut larangan mengemudi bagi perempuan, mengesampingkan polisi agama yang dulu ditakuti. Termasuk juga mulai menyelenggarakan konser, memberi sambutan dan kunjungan selebriti dunia.

Kesemuanya itu, tidak pernah dilakukan Kerajaan Saudi dalam beberapa dekade sebelumnya. Karena kerajaan Islam ini terkenal di dunia internasional dengan pemerintahan Islam yang sangat konservatif dalam memegang nilai agama.