Jakarta – Pengamat politik UI Donni Edwin mengatakan, metode pendidikan moral dan akhlak generasi penerus bangsa ini perlu mencontoh metode pengajaran di negara-negara yang sudah lebih dulu maju. Jika itu dilakukan, generasi yang akan datang menjadi lebih baik peradabannya dibanding generasi sekarang.
Hal itu dikemukakan kepada Damailahindonesiaku.com, ketika ditanya pendapatnya tentang Pendidikan Budi Pekerti dan Pendidikan Moral Pancasila (PM) yang seakan menghilang dari dunia pendidikan di Tanah Air, sehingga perlu diadakan kembali oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Menurutnya, masalahnya bukan terletak mengadakan kembali Pendidikan Budi Pekerti atau PMP di sekolah-sekolah. Akan tetapi pada isi dan metode pengajarannya. Katanya, mata pelajaran yang berkaitan dengan moral, akhlak, atau budi pekerti sebetulnya tetap diajarkan di sekolah. Misalnya tercakup dalam mata palajaran PKN, IPS dan agama.
Tetapi, isi mata pelajaran tersebut kebanyakan abstrak, normatif, dan kadang-kadang ketinggian khususnya di sekolah dasar. Metode pengajarannya umumnya menghafal saja, di mana murid kurang memahami cara mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Di negara-negara yang lebih maju peradabannya, anak-anak SD diajarkan pelajaran moral atau akhlak secara sederhana dengan mempraktikkannya secara langsung melalui simulasi. Misalnya, bagaimana cara mengantre, bagaimana etika naik bus, etika di jalan raya, etika membuang sampah, etika berargumentasi, bagaimana bersikap toleran terhadap perbedaan, dan lain sebagainya,” urainya.
Donni mengatakan, model pendidikan moral dan akhlak terhadap anak-anak didik di Tanah Air sebaiknya mencontoh metode pengajaran seperti di negara maju agar dapat diterapkan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.
“Hasil akhirnya adalah, generasi mendatang dapat menjadi generasi yang lebih baik peradabannya dibandingkan generasi sekarang,” pungkasnya.