Palangkaraya – Pemberitaan media massa terkait isu-isu terorisme, selama ini masih mengutamakan kejadian dan pelaku. Korban terorisme dan daya tahannya dalam menjalani kehidupan pascakejadian dinilai juga penting untuk diberitakan.
Hal ini disampaikan Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo, saat menjadi narasumber dalam kegiatan Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (25/8/2016).
“Saya mendapatkan informasi dari Pak Toni Sumarno, Ketua Asosiasi Korban Bom Indonesia, saat ini ada sekitar tujuh ratus orang korban aksi-aksi terorisme,” kata Yosep.
Pemberitaan terhadap korban bom dan daya tahannya pascakejadian, lanjut Yosep, akan mampu memberikan persepsi lain bagi masyarakat terhadap terorisme. “Kisah hidupnya, bagaimana mereka bertahan hidup, itu mampu membuka mata masyarakat bahwa terorisme itu mengakibatkan penderitaan dan harus dilawan,” tambahnya.
Pemberitaan terhadap korban bom sekaligus dapat menjadi kontranarasi terhadap informasi bersifat glorifikasi yang mengagung-agungkan pelaku terorisme.
“Masyarakat harus diajak melihat terorisme dari sudut pandang berbeda. Jangan selalu pelakunya yang ditonjolkan, tapi juga korbannya, dan kita akan mengetahui kejinya sebuah aksi terorisme,” urai Stanley, sapaan akrab Yosep Adi Prasetyo.
Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme adalah rangkaian kegiatan dari Pelibatan Media Massa dalam Pencegahan Terorisme. Satu kegiatan lainnya adalah Media Visit, dan di Kalimantan Tengah dilaksanakan pada Rabu (24/8/2016) kemarin, mengungjungi TVRI Kalimantan Tengah, Harian Umum Kalteng Post, Harian Umum Tabengan, dan RRI Palangka Raya.