Penanggulangan Terorisme Harus Ditingkatkan dan Tetap dalam Kondisi  Waspada

Tasikmalaya – Tindakan terorisme merupakan suatu kejahatan kemanusiaan (crime againt humanity) yang bersifat luar biasa (extra ordinary crime), dan berdampak buruk terhadap sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peradaban manusia.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Sekretaris Utama (Sestama) BNPT, Mayjen TNI. R. Gautama Wiranegara saat membuka acara Pembekalan dan Sinergisitas Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Lurah dalam Mengantisipasi Terjadinya Aksi Teroris se-wilayah Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Jawa Barat di Hotel Santika, Tasikmalaya, Selasa (23/02/2016)

“Oleh sebab itu, upaya penanggulangan terorisme harus ditingkatkan dan tetap dalam kondisi  waspada, karena tindakan teroris tidak dapat diketahui kapan dan dimana akan terjadi,” ujar Kepala BNPT.

Kepala BNPT memberikan contoh, tragedi bom di Jalan Thamrin Jakarta pada pertengahan Januari lalu. Walaupun kelompok tersebut telah dideteksi oleh intel Kepolisian (Densus 88/AT), BNPT maupun BIN, mereka ingin melakukan aksi teror yang diperkirakan pada saat perayaan Natal dan Tahun Baru lalu

“Tetapi pada kenyataanya kelompok ini baru melaksanakan aksinya pada pertengahan Januari tersebut,” ujarnya.

Disamping itu menurutnya yang perlu dicermati yakni perkembangan politik yang terjadi akhir-akhir ini di  luar negeri seperti di Pakistan, Mesir, Irak, Syria dan lain-lain juga akan dapat  mempengaruhi kelompok-kelompok militan di tanah air.

“Hal itu terbukti dari teroris yang ditangkap aparat keamanan (Densus), dan  ternyata  setelah mereka diintrogasi, ternyata mereka sedang mempersiapkan diri untuk berjuang membantu militan di Syria untuk bergabung dengan ISIS, dan jumlah WNI yang telah bergabung dengan ISIS (menjadi FTF)  tidak  kurang dari 600 orang, dan sebagian sudah ditangkap dan dipulangkan ke Indonesia,” ujar Saud.

Dikatakan Kepala BNPT, kepulangan WNI dari Irak dan Syria yang telah manjadi FTF tetap perlu diwaspadai, mengingat kelompok ini mempunyai jaringan yang cukup luas baik didalam maupun di luar negeri dan masih loyal kepada Amir mereka, Abu Bakar Ba’asyir (ABB) yang jelas-jelas telah berbai’at kepada ISIS walaupun ABB sendiri saat ini berada di dalam lembaga pemasyarakatan (Lapas).

“Karena hal ini akan berpotensi menimbulkan kerawanan/ancaman terhadap keamanan nasional,  walaupun  modus operandi dan target para teroris telah berubah dari “ke-barat-baratan” menjadi balas dendam terhadap aparat kepolisian yang merupakan simbol negara.

Melihat kondisi tersebut maka ancaman terorisme yang kita hadapi sudah semakin nyata dan serius. Bahaya yang kita hadapi bukan lagi dalam bentuk fisik melainkan sendi-sendi demokrasi yang akan dihancurkan oleh kelompok radikal-terorisme melalui berbagai cara,” ujar mantan Kepala Densus 88/Anti Teror Mabes Polri ini.

Oleh karena itu menurutnya, pembekalan materi intel dasar bagi para Bhabinkamtibmas, Babinsa dan para Lurah dalam rangka mengantisipasi terjadinya aksi terorisme terutama di wilayah Kabupaten/Kota Tasikmalaya ini menjadi sangat penting dan strategis

“Karena aksi radikalisme dan terorisme belum akan berakhir bilamana tujuan mereka membentuk Daulah Islamiah atau Khalifah dimuka bumi termasuk Indonesia belum terwujud, mereka akan terus melakukan aksi baik yang terselubung maupun yang terang-terangan,” ujarnya.

Acara pembukaan Pembekalan dan Sinergisitas Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Lurah dalam Mengantisipasi Terjadinya Aksi Teroris se-wilayah Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Jawa Barat di Hotel Santika, Tasikmalaya ini dihadiri, Danrem 062/Tarumanegara Kolonel Inf.Sudarmadi, Walikota Tasikmalaya, Drs. H. Budi Budiman, Kapolresta Tasikmalaya AKBP Asep Saepudin, Dandim 0612 Letkol Kav Puji Santoso.

Acara yang diikuti sebanyak 212 peserta ini digelar mulai Selasa (23/02/2016) hingga Jumat (26/02/2016) mendatang