BANDUNG – Pemuda Islam dari 56 negara di Asia-Afrika sepakat untuk memerangi radikalisme dan terorisme. Kesepakatan itu disimpulkan dalam International Conference on Islamic Youth Education 2017 atau Konferensi Internasional tentang Pendidikan Pemuda Islam yang berlangsung pada Jumat-Minggu (6-8/10/2017) di Bandung, Jawa Barat.
Asisten Deputi Peningkatan Iptek dan Imtaq Pemuda pada Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora, Esa Sukma Wijaya mengatakan, konferensi ini menghasilkan deklarasi yang meniscayakan para pemuda bersama-sama memahami kondisi riil di negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Dalam konferensi ini dibahas banyak hal yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi negara Islam.
“Peserta Konferensi Internasional tentang Pendidikan Pemuda Islam juga membahas terkait adanya radikalisme dan terorisme yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak. Para Pemuda Islam sudah harus mampu mandiri menyelesaikan permasalahan ini,” kata Esa Sukma Wijaya kepada wartawan usai deklarasi di hasil konferensi pemuda Islam idi Bandung, Minggu malam (8/10/2017).
Dikatakan, hal lain yang menjadi bahasan, adalah para pemuda Islam ini tidak mesti menafikan dirinya tentang pembangunan yang berkelanjutan, salah satunya telah adanya program pertukaran pelajar bersama negara lain. “Kami sudah bekerjasama dengan negara seperti Kanada, Australia, Jepang, India, Singapura, bahkan Italia. Kami mendorong para pemuda yang kembali ke negaranya dapat beraktivitas untuk lebih memajukan daerahnya,” jelasnya.
Salah seorang peserta dari delagasi Aljazair, Saoula Oussama, sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh Kemenpora ini. Dari hasil konferensi para pemuda seluruh dunia ini ditegaskan, para pemuda Islam yang ikut International Conference on Islamic Youth Education 2017, menentang adanya tindakan radikalisme, terorisme, dan tindakan ekstrem lainnya.
International Conference on Islamic Youth Education 2017 dibuka secara resmi oleh Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot Sulistiantoro Dewa Broto. Dia mengatakan bahwa konferensi ini mempertemukan para pemuda dan pemangku kepentingan dari negara-negara anggota OKI, akademisi, pemerintah, non pemerintah, PBB, bank pembangunan, pembisnis dan masyarakat sipil.
Konferensi ini juga akan menghasilkan ‘World Youth Declaration’ untuk mendorong komitmen bersama dalam memerangi xenophobia, rasisme, intoleran, kemiskinan dan ketimpangan. Peserta yang berasal dari 56 negara akan mendiskusikan isu-isu mengenai pendidikan Islam dan kesejahteraan pemuda di negara-negara muslim. Peserta juga membahas mengenai pendidikan pemuda Islam di abad 21.