Bojonegoro – Pemkab Bojonegoro melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan melibatkan para stakeholder untuk mencegah tindakan intoleran, radikalisme dan terorisme. Kegiatan ini dilaksanakan di Meeting Room Hotel Bonero Bojonegoro, belum lama ini.
Kegiatan bertema ‘Pencegahan Intoleran, Radikalisme dan Terorisme Dalam Menjaga Kondusifitas Wilayah Kabupaten Bojonegoro’ ini dihadiri Asisten 1 Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat yang mewakili Pj Bupati Bojonegoro.
Juga Kepala Bakesbangpol Bojonegoro, perwakilan Polres, Kejaksaan Negeri, Ketua FKDM Bojonegoro, Pengurus Bojonegoro Kampung Pesilat (BKP), siswa sekolah dan guru BK SMA/SMK/MA di Kecamatan Kalitidu, Ngasem, Gayam, Purwosari, Ngambon dan Malo.
Dalam laporannya, Kepala Bakesbangpol Bojonegoro, Mahmudi, menjelaskan bahwa FGD ini bertujuan untuk pencegahan potensi konflik dan kerawanan sosial dalam rangka memelihara stabilitas dan kondusifitas daerah.
“Juga untuk menyatukan antar perguruan silat untuk pencegahan potensi konflik dan kerawanan sosial dalam rangka mendukung situasi kondusif di Bojonegoro,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Mahmudi menjelaskan, kegiatan ini juga untuk meningkatkan sinergitas Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kabupaten Bojonegoro.
Harapannya bisa menangani potensi gangguan keamanan secara komprehensif, integritas, efektif, efesien dan tepat sasaran. Sehingga bisa mewujudkan Bojonegoro yang aman dan kondusif.
Sementara itu, Asisten Pemerintahan Dan Kesejahteraan Rakyat, Setda Kabupaten Bojonegoro, Djoko Lukito mewakili Pj Bupati menjelaskan Pemkab Bojonegoro memandang perlu mengadakan FGD tentang intoleransi karena dalam beberapa waktu ini masih dijumpai kegiatan yang memaksakan kehendak. Hal itu merupakan salah satu ciri dari intoleransi.
“Tidak semua orang haknya sama, kita harus tepo sliro atau saling menghargai. Jika memaksakan sesuatu nantinya akan timbul gesekan. Rasa toleransi harus dijaga betul agar tercipta situasi yang nyaman, aman dan tentram,” tegas Djoko Lukito.
Menurut dia, jika terjadi gesekan konflik di suatu wilayah, maka akan menghambat pembangunan. Dampaknya juga bisa menghambat proses kesejahteraan masyarakat. Pemahaman sikap toleransi harus diajarkan sejak dini mulai dari di keluarga maupun di sekolah.
Djoko Lukito berharap di wilayah Kabupaten Bojonegoro tidak ada perselisihan yang dapat menjadikan konflik. Karena perbedaan adalah hal yang biasa tetapi harus saling ada pengertian agar terwujud suasana kondusif.
“Kembangkan sikap toleran yang saling menghargai dan saling mengerti agar kebersamaan terjaga dan bisa menjadikan kita kuat,” tambahnya.