Sebagai bangsa Indonesia sangat bangga menyaksikan prosesi opening ceremony Asian Games yang ke-18 yang diselenggarakan di Glora Bung Karno tadi malam. Acara ini berlangsung meriah dan penuh kegembiraan. Paling tidak rasa percaya diri semakin tinggi bahwa sebenarnya bangsa Indonesia mampu mengorganisir kegiatan yang berskala lebih lebih besar lagi seperti Olimpiade atau pesta olahraga lainnya yang melibatkan lebih banyak negara.
Ada beberapa hal yang sangat menarik perhatian selama prosesi tersebut yang mungkin antara lain bisa dikemukakan di sini sebagai berikut:
- Inisiatif Presiden RI, Joko Widodo untuk menggunakan kendaraan bermotor ke tempat diselenggarakannya pembukaan Asian Games akibat kemacetan. Ini sangat menarik perhatian bahwa bangsa Indonesia memiliki jiwa besar termasuk pemimpinnya yang rela menggunakan kendaraan roda dua jika kondisi menuntut. Fenomena seperti sangat sulit ditemukan apalagi dalam sebuah sistem prtokoler negara yang begitu ketat.
- Ketika Presiden membuka acara secara resmi yang didampingi oleh Wapres Jusuf Kalla , Presiden konsisten menunjukkan budaya Indonesia yang Islami dalam membuka setiap kegiatan dengan mengucap Ini sesuatu yang menarik dan yakin bahwa tamu-tamu Asian Games khususnya yang berdatangan dari negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim sangat terharu dan menilai bahwa bangsa Indonesia memiliki konsistensi terhadap nilai dan ajaran Islam secara utuh karena nama-nama Allah bukan saja diucap dalam ibadah, tetapi dalam kegiatan olahraga pun juga diucapkan. Hal ini sulit ditemukan di negara-negara lain termasuk di negara-negara Islam dalam membuka setiap acara olahraga dengan mengucapkan bismillahirrahminirrahim.
- Tarian Saman yang ditampilkan dengan iringan nama-nama Allah cukup menakjubkan dan memberi kesan bahwa betapa umat Islam di Indonesia mampu mengislamisasi setiap budaya tanpa harus meninggalkan intisari dari budaya itu sendiri. Demikian pula sejumlah tarian-tarian daerah yang ditampilkan dalam acara tersebut hampir semuanya memberikan kesan positif bagi tamu-tamu Asian Games. Hampir semua yang tampil baik artis maupun penari menggunakan busana yang sesuai dengan budaya Indonesia dan tidak mencolok sebagaimana yang kita saksikan di beberapa acara pembukaan olahraga di sejumlah negara yang berskala regional atau internasional.
- Kegiatan opening ceremony betul-betul memberikan bukti betapa bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam mendirikan sebuah negara dan memiliki aneka ragam budaya dan tradisi yang semuanya hidup rukun dan damai tanpa ada perbedaan sedikitpun. Ini bukanlah karnaval ibadah tapi sebuah pentas budaya yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki waraisan budaya yang begitu tinggi dan bernilai.
- Ketika peserta dari Palestina dengan membawa benderannya melewati para tamu-tamu walaupun pesertanya hanya beberapa orang saja, tapi hampir semua hadirin sontak berdiri dan mengelukan-elukan Palestina. Ini memiliki arti yang cukup signifikan bahwa betapa bangsa Indonesia memiliki hubungan emosional yang cukup tinggi dengan rakyat Palestina dan secara tidak langsung telah memberikan kesan bahwa Palestina selalu ada di hati bangsa Indonesia.
Dari fakta-fakta diatas, maka hal yang perlu disadari oleh semua bangsa Indonesia bahwa event Asian Games bukan saja sebagai ajang perlombaan Olahraga tetapi juga memiliki arti strategis dalam menunjukkan keberagaman bangsa Indonesia dan penerapan nilai-nilai Islam yang moderat, terbuka dan berkemajuan.
Umat Islam Indonesia memiliki karakteristik tersendiri berbeda dengan umat Islam lainnya di manapun di dunia ini. Ia memiliki pandangan yang terbuka, toleransi dan akomodatif persis seperti nilai-nilai yang diajarkan oleh Rasulullah Saw kepada sahabat-sahabatnya agar senantiasa berinovasi, terbuka, optimis dan penuh harapan dengan tetap memegang nilai-nilai yang diyakininya sebagai sebuah kebenaran. Motivasi inilah yang membuat sahabat-sahabat Nabi mampu membawa Islam dari sebuah wilayah padang pasir menyusuri sebagian wilayah-wilayah Eropa, Asia dan Afrika sehingga menjadi sebuah agama yang mayoritas di kawasan ini.
Islam tidak akan menjadi agama yang mayoritas pemeluknya di kawasan-kawasan ini seandainya para pembawa dakwah Islam itu kaku, eksklusif dan tidak akomodatif. Demikian pula di Indonesia, Islam tidak akan menjadi agama yang mayoritas jika seandainya para pembawa-pembawa agama Islam itu primitif, tertutup dan tidak terbuka pada kondisi alam di mana ia berada.