Pastikan Ideologinya Hilang, Eks JI Harus Ikut Program Deradikalisasi

Jakarta – Kelompok teroris Jemaah Islamiyah (JI) telah membubarkan
diri. Namun keberadaan mantan-mantan anggota JI dan ideologi kekerasan
itu harus tetap diwaspadai. Untuk memastikan paham-paham kekerasan itu
tidak tumbuh lagi, para mantan JI seyogyanya harus diikutkan dalam
program deradikalisasi oleh pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT).

“Meski Jemaah Islamiyah sudah membubarkan diri, kita harus tetap
waspada terhadap ideologi yang mereka yakini selama ini. Untuk itu,
dirasa perlu untuk terus melakukan pembinaan dan program
deradikalisasi bagi para mantan anggota organisasi tersebut dalam
jangka panjang,” kata Kelompok Ahli BNPT Bidang Kerja Sama
Internasional, Darmansjah Djumala, usai acara Diskusi Panel ‘Global
Terrorism Index 2025: Findings and Lessons Learned for Indonesia’ di
Jakarta, dilansir pada Sabtu (12/4/2025).

Di samping itu, Djumala menyoroti perkembangan isu terorisme di
kawasan Asia Selatan, khususnya terkait dengan isu pengungsi Rohingya.
Dia mengingatkan pada pertemuan Joint Working Group (JWG) Kerja Sama
Penanggulangan Terorisme ke-6 antara Indonesia-India pada 23 Agustus
2024, Delegasi India telah mendeteksi adanya tindak terorisme yang
dilakukan oknum umat Islam radikal dari Bangladesh, yang ditengarai
mempunyai jaringan dengan pengungsi militan Rohingya.

Keresahan Djumala didasari dari Data GTI 2025 yang mengungkapkan pada
2024, Asia Selatan merupakan kawasan yang menempati skor rata-rata
tertinggi tindakan terorisme dalam satu dekade terakhir. Sedangkan,
UNHCR per Mei 2024, mencatat jumlah pengungsi Rohingya di Indonesia
sebanyak 2.026 orang yang tersebar di Aceh, Medan, dan Makassar.

“Sebagai langkah pre-emptive, baik kiranya jika Indonesia, India, dan
Bangladesh bekerja sama dalam pertukaran informasi jaringan terorisme,
khususnya yang terkait dengan pengungsi Rohingya. Kerja sama ketiga
negara tersebut diharapkan dapat menekan potensi terorisme di kawasan
Asia Selatan dan Asia Tenggara sejak dini,” pungkasnya.