Magelang – Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melalui Divisi Humas
Polri terus bergerak untuk membentengi masyarakat dari penyusupan
paham radikal terutama melalui ruang digital. Langkah itu dilakukan
melalui kegiatan forum diskusi bertajuk “Terorisme Musuh Kita
Bersama”.
Dengan menggandeng Bidhumas Polda Jawa Tengah dan Polresta Magelang
kegiatan digelar di Kabupaten Magelang, dengan menggandeng unsur
masyarakat, pesantren, tokoh agama, hingga organisasi sosial, Senin
(21/4/2025).
Ketua Tim dari Divisi Humas Polri, Kombes Pol. Erdi Adrimulan
Chaniago, memimpin langsung kegiatan yang juga dihadiri oleh
Kabidhumas Polda Jateng Kombes Pol Artanto serta jajaran Polresta
Magelang.
Kehadiran tokoh masyarakat dan santri menjadi bukti pentingnya
pendekatan kolaboratif dalam menangkal ideologi radikal yang kini
berkembang lewat media sosial dan platform daring lainnya.
Menurut Kombes Erdi, inisiatif ini menjadi bagian dari strategi
nasional dalam memperkuat ketahanan ideologis bangsa.
“Kunjungan kami di berbagai wilayah bertujuan untuk memperkuat
kesadaran masyarakat akan bahaya radikalisme. Kami juga menekankan
pentingnya prinsip ‘saring sebelum sharing’ dalam menghadapi
penyebaran paham radikal melalui media sosial di era digital saat
ini,” tegas Kombes Pol. Erdi.
Ia juga menyoroti percepatan penyebaran paham ekstrem akibat kemajuan
teknologi, yang hanya bisa dilawan dengan sinergi antara tokoh agama,
pesantren, dan masyarakat luas dalam membangun budaya digital yang
sehat dan aman.
Kepala Kantor Kemenag, Dr. H. Hanif Hanani, SH, MH, menekankan bahwa
dialog seperti ini berperan besar dalam menjaga kohesi sosial dan
membumikan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa.
“Menjaga dan merawat kerukunan sangat penting dalam menciptakan
kehidupan bersama yang harmonis di tengah perbedaan, baik dari segi
agama, politik, budaya, dan lainnya, guna mewujudkan integrasi
sosial,” kata Hanif, mendukung penuh inisiatif Divhumas Polri.
Menariknya, diskusi juga menghadirkan narasumber yang pernah bergelut
di lingkaran kelompok radikal, Khoirul Ikhwan. Mantan pelaku ini
membuka cerita bagaimana dirinya terjerumus ke ideologi ekstrem hingga
akhirnya memilih kembali ke pangkuan NKRI.
“Selalu berpikir positif tentang keluarga, jangan meragukan kasih
sayang mereka. Hati-hati dalam pertemanan di media sosial, termasuk
dalam menerima dan menyebarkan informasi,” ujarnya penuh refleksi
kepada peserta diskusi.
Khoirul juga menyerukan pentingnya kesadaran kolektif terhadap
perdamaian dan keadilan sosial. Ia mengingatkan bahwa kekerasan bukan
solusi atas ketidakadilan, dan keberagaman justru menjadi kekuatan
bangsa.
“Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, dan sekte, namun semua
bersatu dalam satu sistem: ideologi Pancasila, yang menjadi benteng
utama dalam menangkal radikalisme,” tutupnya.