Forum Komunikasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Sumatera Utara bersama para tokoh lintas agama berkumpul di Hotel Grand Kanaya Kota Medan. Mereka berdiskusi dan berdialog mengenai peran agama dalam melawan potensi radikalisme dan aksi terorisme.
Kegiatan ini bukan kali pertama dilakukan para tokoh lintas agama di Propinsi ini. Secara berkala, mereka terus berkomunikasi dan bersosialisasi urun rembug memecahkan problem masyarakat. Salah satu problem masyarakat itu adalah kekerasan atas nama agama. Diakui para tokoh lintas agama ini, masyarakat sering menyampaikan kegelisahan dan kekhawatiran atas maraknya radikalisme di Sumatera Utara.
Menurut mereka, radikalisme terorisme saat ini telah menganggu harmonisasi masyarakat dan umat beragama. Gara-gara pemikiran dan aksi yang mereka lakukan, sejumlah perilaku onar terjadi di sana sini. Ironisnya, perilaku tersebut selalu dilandasi oleh pemahaman keagamaan. Padahal, tidak ada satu pun agama yang mengajarkan kekerasan pada umatnya.
Perilaku umat beragama tentu tidak bisa dijadikan stigma bahwa agama mengajarkan kekerasan. Karena sesungguhnya, agama itu sendiri hadir untuk menjaga harmonisasi manusia bukan sebaliknya. Pemahaman agama yang mengharmoniskan inilah yang semestinya dijadikan rujukan utama para penganutnya.
Oleh karena itu, peran tokoh agama sangat penting membawa umatnya ke jalan yang benar. Para agamawan tidak hanya dituntut untuk sekedar menyampaikan ajaran agama, tetapi juga melakukan peran perubahan sosial di tengah masyarakat. Para agamawan juga harus berani mengambil peran aktif menyelamatkan umat dari bahaya radikalisme terorisme.
Untuk mengambil peran aktif itu, BNPT melalui FKPT di sejumlah daerah menggelar acara dialog lintas agama untuk penguatan paham keagamaan yang harmonis dan damai. Kali ini acara digelar di Sumatera Utara. Dalam dialog di Sumut ini, FKPT mengundang sejumlah narasumber yang merupakan tokoh agama dari semua agama di Indonesia. Kalangan ulama, pendeta, bikhu, dan sebagainya hadir dengan penuh antusias.