Pancasila Konsep Negara yang Bebaskan Umat Dalam Melaksanakan Agama

Jakarta – Mantan Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul
Ulum menyebut Pancasila merupakan konsep negara yang membebaskan semua
umat dalam melaksanakan agama. Karena itu, Pancasila harus terus
dirawat dan nilai-nilanya diterapkan dalam kehidupan bangsa Indonesia.

“Pancasila adalah sebuah konsep dasar negara yang membebaskan semua
umat beragama melaksanakan agama dan kepercayaannya masing-masing,
termasuk umat Islam. Apalagi menurut informasi yang kami terima tidak
ada sebuah keharusan untuk membuat suatu negara Islam,” kata Uu diktip
detikcom beberapa hari lalu.

“Konsep negara itu kan bisa kerjaan, bisa apa, seperti yang
dilaksanakan negara-negara lain, yang penting kita sebagai umat Islam
diberikan kebebasan untuk melaksanakan aturan agama,” imbuhnya.

Untuk itu, Uu menekankan bahwa semua kegiatan agama tidak ada yang
dilarang di Indonesia. Bahkan Islam yang menjadi agama mayoritas,
memiliki keleluasaan lebih untuk melaksanakan kegiatan agama.

“Sekarang di Indonesia apa sih yang dilarang oleh negara? Bahkan
sangat menghargai kita sebagai kaum mayoritas. MTQ, puasa, ibadah haji
dan lainnya. Bahkan di daerah di Lemur ada mau tabliq akbar,
pengajian, jalannya yang harusnya dipakai untuk umum disetop karena
ada pengajian, polsek memberikan izin, Polres memberikan izin, itu kan
kebebasan. Jadi saya sudah tidak berpikir tentang itu karena itu ke
belakang apalagi amanat, tidak ada lagi konsep Darussalam,” papar Uu.

Tak hanya itu, Uu juga menceritakan bahwa dirinya ingin mewujudkan
pesantren di Jawa Barat dengan sumber ekonomi yang memadai. Hal ini
lantaran banyak pesantren di Jabar yang terlantar karena pemiliknya
tak kuat menahan biaya operasional.

“Saya ingin pesantren di Jawa Barat memiliki sumber ekonomi yang
hebat, sehingga operasionalnya tidak menggantungkan kepada para
santri. Kan kalau pesantren di luar Jawa biasanya sampai 10 keturunan,
8 keturunan, kuat itu,” katanya.

“Sementara di kita pendirinya tidak ada, kadang-kadang pesantrennya
juga tidak ada, habis. Kenapa? Karena kalau pesantren di Jawa Timur
operasionalnya dari ekonomi pesantren bukan dari para santri, bukan
bertubuh dari zakat, infaq dan shodaqoh. Sekalipun pendirinya sudah
tidak ada karena ekonominya kuat jadi operasional pesantren masih bisa
tertangani,” tambahnya.

Dia berharap pesantren yang memiliki sumber ekonomi bisa berdiri kokoh
hingga beberapa turunan. Dengan begitu, tak banyak pesantren yang
kandas di Jawa Barat yang diakibatkan oleh faktor ekonomi.

“Kalau di Jawa Barat biasanya kalau pesantren pendirinya masih ada,
santrinya banyak, berarti yang bayaran banyak. Zakat, infaq, shodaqoh
juga pasti banyak dari masyarakat karena kekharismaan kyai. Pas kyai
meninggal santrinya semakin habis, yang zakat, infaq, shodaqoh dikit
biaya operasionalnya tidak ada habis lah pesantren,” katanya.

“Kalau didorong kekuatan ekonomi insyaallah sekalipun pendirinya tidak
ada pesantren akan kuat. Punya bisnis di pesantren yang uangnya bisa
menghidupi pesantren,” pungkasnya.