Jakarta – Pancasila tetap menjadi pilar utama bangsa Indonesia di tengah arus perubahan global yang semakin cepat dan tak menentu. Intinya, Pancasila bukan sekadar simbol tapi kompas moral bangsa di era digital.
Penegasan itu disampaikan Anggota DPR/MPR RI, H. Musthofa, dalam pertemuan yang digelar di Rumah Aspirasi DPR RI miliknya, Senin (30/6), Musthofa menyampaikan pandangannya di hadapan sekitar 150 peserta, terdiri dari tokoh masyarakat serta jajaran struktural PDI Perjuangan.
“Pancasila itu bukan hanya simbol atau warisan sejarah. Ia adalah pedoman hidup yang nyata, yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya penuh semangat.
Musthofa mengingatkan bahwa tantangan bangsa saat ini tidak hanya datang dari dalam negeri, tapi juga dari derasnya pengaruh ideologi transnasional yang menyusup melalui media sosial, ruang diskusi publik, hingga jalur pendidikan informal. Menurutnya, Pancasila adalah fondasi yang paling kokoh untuk menangkal ancaman itu.
“Jika generasi muda tidak dibekali dengan pemahaman ideologi kebangsaan, maka akan ada ruang kosong yang bisa diisi oleh ideologi yang menyesatkan. Kita tidak boleh lengah,” tegasnya.
Dalam suasana diskusi yang interaktif, Musthofa juga menyoroti pentingnya memaknai keberagaman sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Ia menilai bahwa Pancasila adalah simpul pemersatu seluruh elemen bangsa, yang mampu menjembatani segala bentuk perbedaan suku, agama, dan budaya.
“Keberagaman ini adalah anugerah. Jangan sampai perbedaan dipelintir menjadi alat konflik. Justru di sinilah peran vital Pancasila sebagai tali pengikat bangsa,” tambahnya.
Peserta kegiatan turut menyampaikan aspirasi agar program penguatan nilai-nilai Pancasila tidak hanya berhenti pada wacana, tetapi diperluas ke sektor pendidikan formal maupun komunitas-komunitas generasi muda. Mereka sepakat bahwa revitalisasi nilai-nilai kebangsaan adalah hal mendesak dalam menghadapi tantangan zaman.
“Selama bangsa ini masih bernama Indonesia, selama itu pula Pancasila harus menjadi bintang penuntun arah. Ia tidak boleh hanya dihafal—tetapi harus dihayati dan dihidupkan dalam setiap tindakan kita.”