MPR RI Ingatkan Pentingnya Jaga Nilai Toleransi Untuk Persatuan Bangsa Indonesia

Jakarta – Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat (Ririe) menyatakan,
nilai-nilai toleransi penting untuk terus ditumbuhkan dan ditanamkan
pada setiap anak bangsa di tengah tantangan yang dihadapi kebhinekaan
Indonesia.

“Kita semua menyadari bahwa perbedaan yang kita miliki ini memerlukan
tata kelola yang berkelanjutan,” kata Ririe dalam keterangan, Rabu
(1/11/2023).

Ririe menambahkan, sebelum terbentuk menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), sudah ada kesadaran terkait perbedaan yang tumbuh
dan menjadi satu-kesatuan mencapai kemerdekaan. Anggota Majelis Tinggi
Partai Nasdem ini mengatakan, sebagai entitas yang merdeka dan
berdaulat Indonesia memiliki konsensus kebangsaan (empat pilar) yakni
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Namun, legislator dari Dapil II Jawa Tengah ini menilai, perkembangan
dunia menciptakan tantangan baru pada keragaman Indonesia. Ia
mencatat, berdasarkan data Setara Institute, rerata Indeks Kota
Toleran (IKT) nasional pada 2022 mencapai nilai 5,03. Angka ini
sedikit menurun jika dibandingkan dengan 2021 yang mendapat nilai
5,24.

“Hal itu menunjukkan kondisi toleransi di Indonesia masih stagnan dan
belum mencapai nilai yang signifikan,” tegas dia.

Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, Prof Komaruddin
Hidayat mengungkapkan sejatinya DNA Bangsa Indonesia itu pluralisme
dan religius. Menurutnya, di dalam masyarakat yang beragam, tidak ada
konsep yang lebih tepat dari sistem demokrasi.

Di tengah sistem demokrasi, menurut dia, keberadaan partai politik
adalah sebuah keniscayaan dan sangat vital. Karena partai politik,
ujar Komaruddin, merupakan institusi yang memiliki kewenangan untuk
menjaring putra-putri terbaik bangsa.

Namun sangat disayangkan, tambah dia, cita-cita partai politik saat
ini sangat rendah yang menjadikan biaya politik menjadi sangat mahal
sehingga putra-putri terbaik tidak bisa masuk politik. Diakui
Komaruddin, bangsa ini belum berhasil membangun state, tetapi sudah
masuk ke praktik liberal di segala bidang. Akibatnya, tegas dia, yang
berkuasa saat ini adalah uang.

Aktivis Jaringan Gusdurian, Inayah Wulandari Wahid mengungkapkan
proses mewujudkan sikap toleransi di negeri ini belum sepenuhnya
dilakukan dengan baik. Dalam satu survei, ujar Inayah, bahkan
terungkap meski 70 persen responden percaya toleransi masih ada di
Indonesia, tetapi ketika ada perbedaan di antara mereka disikapi
dengan cara-cara yang tidak mencerminkan toleransi.