Image tentang teroris yang ada selama ini masih berkutat pada mereka yang konservatif, tidak maju atau bahkan kampungan, hal ini ditunjukkan dengan rentetan penggambaran teroris di layar kaca yang umumnya mengesankan bahwa mereka adalah kelompok yang terbelakang dan tidak memiliki kemampuan intelektual sebagaimana orang di sekitarnya. Meski hal ini ada benarnya juga, namun untuk menyatakan bahwa mereka semua serupa tentu salah, ada banyak teroris yang ternyata tidak seperti yang kita bayangkan.
Banyak diantara mereka yang memiliki pendidikan tinggi, keahlian, dan disiplin ilmu yang cukup kuat. Pelaku-pelaku teroris yang pernah kita saksikan di tanah air memang umumnya dari pedalaman dan tidak memiliki background ilmu yang mendalam, akan tetapi mereka mendapat bimbingan dan arahan oleh para pemimpinnya yang bukan saja memiliki materi yang cukup banyak, tetapi juga memiliki pengetahuan yang cukup luas serta disiplin ilmu yang cukup bagus. Seperti insinyur, dokter dan professional di bidang lainnya. Contoh kongkrit untuk hal ini adalah Osama bin Laden dan Ayman Azzawahiri, keduanya adalah tokoh Aqaeda yang memiliki kemampuan materi dan pengetahuan yang cukup tinggi. Ayman Azzawahiri adalah seorang dokter dari Mesir, sementara Osama bin Laden adalah seorang insinyur dan hartawan dari Saudi Arabia.
Tidak ada satupun yang dapat memungkiri kedekatan keluarga Osaman bin Laden dengan Raja-Raja Saudi Arabia, termasuk para senator dan pengusaha-pengusaha dari AS dan Eropa. Jaringan bisnisnya cukup luas bukan saja di dunia idustri tetapi juga di berbagai sektor ekonomi lainya. Bahkan keluarga Osama Bin Laden termasuk pelaku bisnis yang sangat akrab dengan pihak kerajaan. Masih banyak teroris lainya yang bukan saja hartawan tetapi juga memiliki pengetahuan yang cukup memadai sesuai dengan bidang mereka masing-masing.
Kepandaian yang dimiliki oleh tokoh-tokoh teroris ini juga membantu mereka dalam menjalankan organisasi secara rapi, disiplin dan loyal terhadap pemimpinnya. Organisasi-organisasi teroris yang mengemuka di dunia, khususnya di kawasan Timur Tengah dan Asia, seperti ISIS, Alqaeda, Jabhat al-Nusro, Boko Haram, Jamaah Islamia, Alqaeda Yaman, Abu Sayyap, Taliban Afghanistan dan Thaliban Pakistan dan masih banyak lainnya, adalah bukti wujud kepiawaian mereka dalam berimprovisasi membangun jaringan teroris kelas pro.
Organisasi-organisasi teroris yang disebutkan tadi umumnya mencita-citakan pembentukan negara Islam di negara masing-masing. Hal ini ditunjukkan oleh kelompok semacam Boko Haram, ISIS dan Alqaeda Yaman, termasuk pula Jamaah Islamiah (JI) Indonesia, yang dalam perjuangannya selalu mengangkat isu-isu Jihad, mati syahid dan menilai musuhnya sebagai Taghut dan kafir yang harus diperangi. Semua organisasi teroris ini masih eksis sampai saat ini walaupun beberapa organisasi telah hancur, seperti Taliban Afghanistan yang digusur oleh AS pada tahun 2001 paska pemboman World Trade Center.
Demikian pula JI di Indonesia yang mulai kalang kabut sejak pemboman Bali tahun 2002 yang mengakibatkan 202 korban jiwa, namun demikian,bukanlah berarti organisasi ini telah lumpuh akan tetapi pada dasarnya sedang menyusun strategi untuk melancarkan sebuah serangan yang akan semakin menghebohkan dunia.
Anasir-anasir kelompok inilah yang disebut sebagai kelompok teroris yang paling berbahaya di dunia karena serangan yang dilancarkan cukup spektakuler dan menimbulkan banyak korban jiwa. Sementara tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mereka yang tidak tergabung dalam kelompok atau organisasi teroris tidak terlalu besar dan cenderung memiliki motif pribadi, seperti aksi perampokan atau pembantaian. Berbeda dengan tindakan teroris yang terorganisir yang selama ini tidak pernah tanggung-tanggung, mereka benar-benar menghancurkan fasilitas umum dan menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.
Pengetahuan dan kewaspadaan terhadap gerak-gerik kelompok teroris harus selalu dijaga, karena itu adalah modal utama dalam menjaga diri dan mungkin juga orang-orang yang kita sayangi. Terlalu meremehkan kemampuan kelompok teroris tentu merupakan hal yang bijak untuk dilakukan, karena bisa saja mereka lebih ‘wah’ dari yang kita bayangkan, namun terlalu takut pada mereka juga tidak sepatutnya kita lakukan, kita semuanya harus percaya bahwa kebenaran dan kebaikan tidak mungkin kalah dengan kemungkaran, seperti yang selama ini dilakukan kelompok teroris.