Palembang – Pemimpin Redaksi Sriwijaya Post, Hj. Weni Ramdiastuti, mendorong kehadiran media massa ke dalam setiap problematika yang dihadapi masyarakat. Hal ini sebagai salah satu upaya membantu deteksi dini munculnya benih radikalisme dan terorisme.
“Jangan yang diliput hanya peristiwa kriminalitas, politik, dan kebencanaan saja. Gali bagaimana kondisi kemiskinan di suatu daerah, karena memang menjadi tugas media untuk hadir ke tengah-tengah problematika yang dihadapi masyarakat,” ungkap Weni saat menjadi pemateri dalam Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (27/10/2016).
Aspek lain yang juga bisa diangkat dalam pemberitaan untuk mencegah terorisme, lanjut Weni, adalah isu-isu kerukunan antarumat beragama. “Hasil survey Few Forum on Religion and Public Life, Indonesia berada di posisi ke-5 tertinggi dengan indeks kebencian nasional. Artinya, masyarakat kita memang mudah terprovokasi, dan media tidak boleh menjadikannya semakin parah,” tegasnya.
Hal senda diungkapkan Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo. Dalam paparannya Yosep mengungkapkan isi sebuah compact disc yang ditinggalkan pelaku peledakan bom Bali 1, yaitu Ayip, yang memilih bunuh diri karena alasan kemiskinan.
“Melalui tubuhnya yang berkeping sesungguhnya Ayip sedang mengirimkan pesan kepada kita, bahwa kemiskinan sungguh sangat melalahkan. Media massa seharusnya mendeteksi kondisi-kondisi semacam ini, sehingga yang mengalami tidak merasakan keputusasaan dan dapat segera ditangani oleh Pemerintah,” jelas Yosep.
Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme adalah salah satu metode Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 32 provinsi se-Indonesia. Satu metode lainnya adalah Visit Media, kunjungan dan diskusi ke redaksi media massa pers.