Mantan Teroris: Episentrum Terorisme Indonesia Justru Ada di Penjara

Tipikal manajemen penjara di Indonesia dianggap tidak cocok untuk mengurung para napi teroris. Karena justru dari penjara lah radikalisme anggota baru sering terjadi. Hal ini diungkapkan oleh salah satu mantan anggota jaringan terorisme internasional, Ali Fauzi Manzi, M.Pd.I, pada Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Kalangan Perguruan Tinggi yang diadakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada Selasa (22/9) di Universitas Mulawarman, Samarinda.

“Penjara di Indonesia tidak cocok untuk menangani para napi teroris. Justru dari penjaralah biasanya radikalisasi anggota baru terjadi,” kata Ali Fauzi. Ia menambahkan, “beberapa anggota teroris yang ditangkap atau ditembak justru dididik di dalam penjara”.

Menurut pria yang sekarang berprofesi sebagai akademisi dan peneliti terorisme ini, asumsinya bisa dibuktikan dari foto pertama deklarasi ISIS di Indonesia. “Foto pertama deklarasi kesetiaan kepada ISIS di Indonesia justru diambil di penjara Nusakambangan. Di foto tersebut bisa dilihat Abu Bakar Baasyir bersama beberapa anggota baru, napi kriminal biasa yang diradikalisasi menjadi teroris di dalam sel,” ungkap adik dari teroris Amrozi ini.

Pria asal Lamongan ini juga mengungkapkan beberapa tokoh, organisasi dan kelompok pendukung ISIS di Indonesia. Di antaranya adalah Abu Bakar Baasyir, kelompok Bima, Ring Banten, FPI Makassar, FPI Lamongan, serta sebuah kelompok di Kalimantan Timur. “Kelompok-kelompok inilah di antaranya yang telah menyatakan diri menjadi bagian dari ISIS.”

Ali Fauzi memperingatkan bahwa ISIS berkembang pesat karena medium media sosial. Facebook, twitter, youtube dan lainnya menjadi ladang kampanye ISIS yang luar biasa masif, menyentuh ke seluruh penjuru dunia. “Penelitian saya di facebook, seorang pecandu dan bandar narkoba, perempuan Indonesia berdarah Spanyol, bisa tertarik ikut ke ISIS dan berangkat ke Suriah,” ungkap pria lulusan UMS Surabaya ini.

Dialog tentang pencegahan radikalisme dan terorisme di Samarinda ini merupakan rangkaian kegiatan yang rutin digelar oleh BNPT di berbagai daerah di Indonesia. Ini bagian dari upaya BNPT untuk mengampanyekan bahaya faham radikalisme dan terorisme seperti ISIS kepada masyarakat, sekaligus memicu partisipasi masyarakat untuk aktif mencegah masuknya paham kekerasan di kalangan masyarakat.