Bangka Tengah – Mantan narapidana terorisme, Sofyan Tsauri, berbagi pengalaman dengan ratusan aparatur kelurahan dan desa di Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung, terkait pencegahan radikalisme dan terorisme. Diungkapkannya, terorisme bisa dicegah dengan meluaskan pengetahuan.
Sofyan Tsauri dihadirkan sebagai pemateri di kegiatan Penguatan Aparatur Kelurahan dan Desa dalam Pencegahan Terorisme yang diselenggarakan oleh BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Bangka Belitung. Kepada peserta dia menyampaikan pengalamannya terlibat dalam jaringan pelaku terorisme.
“Saya dulu polisi, sama seperti Bapak-bapak Babinkamtibmas di sini. Tapi saya tersesat karena pengetahuan yang sempit, saya tergoda masuk ke jalan yang salah,” ungkap Sofyan.
Pria yang terlibat di camp pelatihan terorisme di bukit Jalin, Aceh, tersebut mengingatkan masyarakat untuk meluaskan pengetahuan di segala bidang untuk mencegah terpapar radikalisme dan terorisme. “Perluas pengetahuan dan kuatkan pendirian. Mereka yang terlibat terorisme adalah orang yang pengetahuannya terbatas dan pertahanan hatinya rapuh,” tambahnya.
Meski membenarkan ungkapan tidak ada keterkaitan antara agama dengan terorisme, Sofyan secara khusus menyebut masyarakat perlu memahami agama dengan baik dan benar. Ini karena kelompok pelaku terorisme banyak manyalahartikan ayat-ayat kitab suci dan hadist sebagai pembenaran terhadap aksi-aksinya.
“Dulu, kami mengartikan ayat al-Quran dan hadist secara salah. Ini yang menjadikan ideologi kami menjadi radikal dan terseret ke jaringan terorisme,” tegas Sofyan.
Dalam konteks Bangka Belitung yang dikenal memiliki keragaman di masyarakatnya, Sofyan mengingatkan keterlibatan ke dalam terorisme tidak memandang suku, agama, ras dan jabatan.
“Di (bukit) Jalin, ikhwan (sebutan untuk laki-laki, red.) dari seluruh Indonesia ada. Pesan saya, perluas pengetahuan dalam pergaulan agar kita memiliki benteng yang kuat dalam menghadapi radikalisme dan terorisme,” tutup Sofyan.
Kegiatan Penguatan Aparatur Kelurahan dan Desa dalam Pencegahan Terorisme dilaksanakan diagendakan dilaksanakan oleh BNPT di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2018. Kegiatan ini akan melibatkan perwakilan Kementerian Dalam Negeri dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai pemateri. [shk/shk]