Singaraja – Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan
Singaraja mengadakan kegiatan studi lapangan untuk menggali kearifan
lokal dengan mengajak mahasiswa kampus keagamaan negeri satu-satunya
di Bali bagian utara tersebut ke Desa Budaya Penglipuran, Kabupaten
Bangli, Rabu (27/11/2024).
Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman mahasiswa tentang
implementasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam kehidupan
masyarakat Bali, khususnya yang terkait dengan studi agama dan budaya
Hindu.
Ketua Tim Akademisi STAHN Mpu Kuturan, Dr. I Putu Mardika, M.Si,
menjelaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari mata kuliah
kebudayaan yang diampu oleh beberapa dosen di kampus tersebut.
Kegiatan ini bertujuan memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa
dalam memahami implementasi budaya dan nilai-nilai kehidupan yang
dijalankan oleh masyarakat Bali.
Desa Penglipuran dipilih sebagai lokasi studi lapangan karena dikenal
sebagai salah satu desa adat terbaik di Indonesia yang masih
mempertahankan tatanan kehidupan tradisional berbasis Tri Hita Karana,
yaitu hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan
lingkungan.
“Penglipuran adalah contoh nyata bagaimana masyarakat Bali mampu
menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan
alam. Hal ini sangat penting untuk dipelajari dan diaplikasikan,
terutama oleh mahasiswa yang kelak akan menjadi agen pelestari
budaya,” ujar Dr. Mardika dikutip dari Antara
Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa diajak untuk berinteraksi langsung
dengan tokoh adat dan warga desa, memahami pola tata ruang
tradisional, serta mendalami adat dan tradisi yang masih dijalankan.
Selain itu, mahasiswa juga mengikuti sesi diskusi dengan tokoh adat
setempat untuk membahas tantangan yang dihadapi desa dalam menjaga
budaya Bali di tengah arus globalisasi.
Salah satu mahasiswa, Raini Mahesa, mengungkapkan bahwa ia merasa
terinspirasi dan mendapat wawasan baru setelah mengikuti studi
lapangan di Desa Penglipuran. “Kami belajar tidak hanya dari buku,
tetapi juga langsung dari masyarakat yang menerapkan nilai-nilai
budaya berbasis ajaran Hindu dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman
ini sangat berharga untuk menambah wawasan kami sebagai calon
akademisi dan praktisi budaya,” ucapnya.
Secara keseluruhan, mahasiswa berharap kegiatan studi lapangan seperti
ini dapat terus dilakukan karena tidak hanya memperkuat pemahaman
akademik mereka, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga dan tanggung
jawab untuk menjaga warisan budaya Bali yang kaya. (TA)