Magelang Kota Toleransi Yang Harus Terus Dijaga dan Dibangun

Magelang – Kota Magelang kembali masuk 10 besar Kota Paling Toleransi di Indonesia versi Setara Institute. Penilaian itu tentu tidak hanya perlu disyukuri saja, tetapi harus diiringi semangat untuk menjaga toleransi itu di Magelang.

Atas keberhasilan itu dan dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Magelang ke1.1117, Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang menggelar tasyakuran dan doa bersama di di Alun-alun Kota Magelang, Senin (10//4/2023). Acara itu diikuti oleh Forkompimda, para OPD, tokoh masyarakat, dan perwakilan tokoh agama.

Ketua panitia tasyakuran Indah Dwi Antari menuturkan, kegiatan ini sebagai wujud rasa syukur atas limpahan berkah dan nikmat Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk memperingati Hari Jadi Kota Magelang. “Selain itu, menumbuhkan semangat untuk terus membangun Kota Magelang dan wujud kecintaan sebagai masyarakat,” ujar Dwi.

Di samping itu, tasyakuran ini sekaligus menjadi momentum untuk memanjatkan doa oleh para umat beragama demi keselamatan dan penuh keberkahan. Khususnya bagi Kota Magelang dan umumnya bagi Indonesia. Juga menumbuhkan kebersamaan dan toleransi antar masyarakat.

Kemudian, kegiatan ini sebagai wahana silaturahmi di antara para pemuka agama, pemerintah, dan umat beragama di Kota Magelang untuk mewujudkan kemitraan yang positif. “Peserta yang mengikuti doa bersama ini berjumlah 400 orang dari semua agama yang ada di Kota Magelang,” sebutnya.

Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz menyinggung soal toleransi di kotanya. Pada 2022, SETARA Institute menobatkan Kota Magelang menjadi Kota Toleran di urutan keenam. Beruntung, tahun ini Kota Magelang masih masuk 10 besar dengan penilaian Indeks Kota Toleran (IKT) sebesar 5,67.

Menurutnya, rasa toleransi muncul dari diri masing-masing. Dia berharap, ketika ada permasalahan antarumat beragama, komunakasi menjadi satu kunci dalam memecahkannya. “Setiap kali ada komentar dari salah satu komponen masyarakat yang mungkin agak berbeda, akan menyebabkan kota kita kehilangan toleransi,” ujarnya.

Terlebih, kata dia, dasar dari rasa toleransi adalah berprasangka baik. Sehingga, masyarakat diminta untuk menjauhkan prasangka buruk. “Kalau kita tidak bisa menjaga, ya repot. Jangan seperti tahun-tahun lalu, bahwa kita tidak bisa masuk menjadi Kota Toleran,” sambungnya.

Di peringatan Hari Jadi Kota Magelang ke-1.117 ini, Aziz berharap, ke depan akan semakin baik dalam bermasyarakat, peduli dengan semama, dan meningkatkan toleransi antarumat bergama. Lantaran yang menjadi dasar toleransi adalah tepa selira. Yang mana menjadi budaya Indonesia dan harus menghargai satu sama lain.