LPOI dan LPOK merupakan Mitra Stategis BNPT dalam Membendung Paham Radikalisme dan Terorisme

 

Jakarta –Keberadaan Organisasi Kemasyarakatan (ormas) Keagamaan yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) dan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) selama ini tentunya telah menjadi mitra yang sangat strategis bagi Badan Nasional Penanggulanggan Terorisme (BNPT) dalam turut serta membendung penyebaran paham radikalisme dan radikalisme di masyarakat.

Hal tersebut dikatakan Direktur Pencegahan BNPT, Prof. Dr. Irfan Idris, MA, saat bersilaturahmi dan halal bihalal bersama para pengurus LPOI dan LPOK yang berlangsung di Sekretarian LPOIN-LPOK di Wisma PHI, Cempaka Putih, Jakarta, Rabu (17/4/2024).

“Keberadaan LPOI dan LPOK yang tergabung dalam Gugus Tugas Pemuka Agama BNPT selama ini tentunya sangat strategis dalam bermitra selama ini. Kami mengucapkan terima kasih terhadap seluruh unsur LPOI dan LPOK, kita berharap bisa bersinergi lebih banyak lagi dalam menyebarkan paham yang menyebarkan pesan kebhinnekaan dan rahmatan lil alamin dalam membendung paham radikalisme dan terorisme di masyarakat,” ucap Prof Irfan Idris.

Lebih lanjut Prof Irfan menjelaskan kalau  saat ini tentunya sebagai warga bangsa bertugas untuk menghadapi risiko keterpaparan masyarakat dari penyebaran paham radikal terorisme. Dimana dalam survei telah terjadi peningkatan proses radikalisasi yang masif menyasar tiga pihak yang dianggapnya sangat rentan, yaitu remaja, perempuan, dan anak-anak.

“Meski tahun 2023 lalu Indonesia secara kuantitas ini menurun karena zero attack terrorism, tapi secara kualitas  justru naik,  dimana proses radikalisasi bergeser menyasar kepada  remaja, perempuan, dan anak-anak ini. Ini terlihat dari berbagai kejadian terorisme sebelumnya di berbagai daerah dimana melibatkan perempuan dan anak-anak,” ujarnya menjelaskan.

Untuk itu BNPT menurut Prof Irfan mengajak semua ormas-ormas yang tergabung dalam LPOI maupun LPOK ini untuk sama-sama konsisten, istiqomah di dalam menjaga perjanjian-perjanjian yang sudah menjadi kesepakatan bangsa Indonesia.

“Terorisme ini adalah kejahatan luar biasa dan kita harus berkolaborasi dan bersinergi yang sifatnya berkesinambungan dalam merawat dan menjaga bangsa ini,” ujarnya..

Prof Irfan kembali menjelaskan bahwa di tahun 2024 ini BNPT telah merancang program-program prioritas untuk membangun daya tahan masyarakat yaitu Program Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Remaja, Program Pembentukan Desa Siap Siaga Desa Damai, Program Pembentukan Sekolah Damai, Program Pembentukan Kampus Kebangsaan, Program Asesment Pegawai dengan Tugas Resiko tinggi,  Program Penanganan Asosiaisi WNI yang terafiliasi Foreight Terrorist Fighter (FTF) dan Program Deradikalisasi Luar Lapas kepada keluarga napi.

“Tujuh program unggulan BNPT yang bisa disinergikan. Tetapi ada empat yang paling mudah kita bersinergi, pemberdayaan perempuan anak dan remaja. Ini yang ingin kami tegasakan. Sasaran kelompok radikal terisme saat ini sudah berubah dan yang paling sudah dipengaruhi adalah anak muda,” ujarnya.

Dirinya menenrangkan, desa damai atau desa siap siaga itu di wilayahnya tidak ada aksi anarkis, intoleran sehingga menjadi desa damai. Kemudian Sekolah Damai, dibawah koordinator Kasubdit Kontra Propaganda, sekolah itu sejatinya tidak ada aksi yang jahat, namun jika dibiarkan manajemennya tidak terpantau, maka ideologi intoleran ini akan dengan mudah masuk ke sekolah.

“Sehingga ini menjadi kewaspadaan kita semua dengan membangun ketahanan ideologi NKRI pada anak muda,” kata mantan Direktur Deradikalisasi BNPT ini.

Dan metode soft approach tentunya tetap menjadi fokus bagi pencegahan. Karenanya dalam narasi perdamaian ini bisa efektif dalam mencegah potensi potensi ideologi. “Ideolog bisa mati tapi ideologi akan terus ada, Maka dari itu penting untuk memerangi ideologi radikal terorisme ini dengan narasi perdamaian,” ujarnya

Untuk itu dirinya berharap LPOI dan LPOK dapat menjadi ujung tombak dalam menangkal segala bentuk ancaman berbasis ideologi ataupun paham radikal yang dapat membahayakan keberlangsungan persatuan dan kesatuan bangsa,

“Terorisme adalah musuh kemanusiaan dan musuh negara, mereka border less dan kita harus berhati hati dengan ideologi yang masih tumbuh di masayrakat yang menyasar anak muda,” ucapnya

Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Jenderal (Sekjen) LPOI – LPOK, H. Denny Sanusi, BA, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut mengungkapkan terima kasihnya kepada BNPT yang telah hadir untuk melakukan silaturahmi dan halal bihalal paska perayaan Hari Raya Idul Fitri

“Alhamdulillah dipertemukan kembali kita bersama di momen yang baik ini, silaturahmi kita jaga. Kita sudah dengan BNPT lima tahun tahun lebih dan mengadakan banyak acara yang mensupport pemerintah,” ujarnya.

Dikatakannya dari tujuh program unggulan yang dicanangkan BNPT tersebut di tahun 2024 diharapkan bisa disinergikan dengan LPOI maupun LPOK dalam mencegah penyebaran paham radikalisme dan terorisme.

“Dari yang tadi dipaparkan tentu ada yang menjadi peran kami. Apa yang menjadi program BNPT prinsipnya kita lebih baik mencegah daripada mengobati. mudah mudahan ini awal kebangkitan kita untuk bisa berkolaborasi secara positif,” ujarnya.

Mennaggapi hal tersebut Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono, SH, M. Krim, yang turut hadir pun berharap sinergi antara BNPT bersama LPOI dan LPOK yang tergabubg dalam Gugus Tugas Pemuka Agama ini semakin masif untuk diperkuat dalam menghadapi potensi ancaman radikalisme dan terorisme.

“Kedepan kita lebih bersinergi lagi, agar bisa lebih sama sama menjaga negara agar tidak terpecah. Pekerjaan kita yang baru yaitu perempuan, anak dan remaja agar bisa lebih dirangkul lagi,” kata Kolonel Hendro Wicaksono.

Seperti diketahui hala bihalal BNPT besama LPOI dan LPOK tersebut dihadiri jajaran pengurus ormas keagamaan, dimana ormas Islam yaitu dari Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al Washliyah, Al Ittihadiyah, Matla’ul Anwar, Darud Dakwah Wal Irsyad, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI) , Persatuan Umat Islam (PUI) dan Persatuan Islam (Persis).

Sementara itu perwakilan dari ormas keagamaan lain yang turut hadir  yaitu dari Persekutuan Gereja Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin), Parasida Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Persatuan Umat Budha Indonesia (Permabudhi).