Palu – Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Palu, Sulawesi
Tengah, melibatkan Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
KH Zainal Abidin untuk mengenalkan dan memperkuat pemahaman pelajar
tingkat SLTA dan santri tentang moderasi beragama.
“Penguatan pemahaman penting dilakukan, untuk membangun generasi muda
yang moderat secara intelektual dan perilaku/sikap,” kata Ketua KNPI
Kota Palu Muhammad Sidiq Djatola, Kamis (30/11/2023).
Moderasi beragama dapat dikatakan sebagai cara beragama yang moderat,
untuk menghindari keekstreman dalam praktik beragama. Moderasi
beragama bukanlah moderasi agama. Sebab, moderasi beragama berada pada
tataran sosiologis yang dalam wilayah praktek keberagamaan di
kehidupan sosial kemasyarakatan dan menjalin hubungan sosial dengan
orang lain.
Sementara pada tataran teologis, setiap orang berhak dan bahkan
seharusnya meyakini kebenaran agamanya, tetapi pada saat yang sama
dalam tataran sosiologis harus memahami bahwa orang lain juga memiliki
keyakinan terhadap ajaran agama mereka.
Oleh karena itu, Sidik menyebut generasi muda usia usia pelajar saat
ini berada di satuan pendidikan tingkat SLTA sederajat dan pondok
pesantren, harus dikuatkan pemahamannya tentang moderasi beragama,
sebagai upaya membangun komitmen bersama untuk menjadi penengah yang
paripurna dalam merawat kemajemukan.
“Agar setiap warga masyarakat, apapun suku, etnis, budaya, agama, dan
pilihan politiknya, terbiasa untuk saling mendengarkan satu sama lain
serta saling belajar melatih kemampuan mengelola dan menerima
perbedaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),”
ucap Muhammad Sidiq Djatola.
Sidiq menyebut bahwa upaya penguatan itu dilakukan melalui dialog
moderasi beragama yang mengusung tema jalan harmoni nusantara. Dialog
ini selain melibatkan Rais Syuriah PBNU profesor Kiai Haji Zainal
Abidin, juga melibatkan Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sulteng Ulyas
Thaha, dan Kepala Dinas Kominfo Provinsi Sulteng Sudaryano Lamangkona.
“Dialog ini kami laksanakan pada Jumat (1/12) di Kota Palu,” kata
Muhammad Sidiq Djatola.
Sidiq menambahkan bahwa dialog itu bertujuan untuk membangun pemahaman
dan sikap generasi muda yang toleran, untuk memperkuat kerukunan umat
beragama dalam keberagaman, termasuk menghindari penyalahgunaan
isu-isu agama demi kepentingan politik.