Khoirul Gazali: Pendidikan Pesantren Kunci Memutus Mata Rantai Terorisme

Medan- Pendidikan pesantren merupakan cara efektif dalam memutus mata rantai terorisme. Demikian ditegaskan oleh Khiorul Gazali, mantan teroris sekaligus Pengasuh Pesantren Darusy Syifa pada acara peresmian peletakan batu pertama pembangunan masjid di kawasan pesantren oleh Kepala BNPT, (07/09/16).

Pesantren yang diklaim sebagai pusat rehabilitasi dan deradikalisasi pertama di Indonesia ini menurut Gazali dibangun berdasarkan keperihatinan  atas kondisi anak dan keluarga narapidana terorisme dan mantan teroris yang kurang mendapatkan perhatian. Kondisi demikian akan membangkitkan rasa dendam baru bagi anak teroris jika tidak didekati dengan pendekatan lunak melalui pendidikan. Karena dalam doktrin mereka dikenal biirul walidain (berbakti kepada orang tua) yang berarti berbakti dengan dengan cara menebus kematian dan perlakukan aparat terhadap orang tua mereka.

Lebih lanjut, Gazali menjelaskan bahwa pendidikan seperti pesantren ini akan memutus mata rantai dendam generasi terorisme. Inilah sebenarnya inti program deradikalisasi yang harus dilakukan oleh BNPT. Penyebaran paham dan dendam terorisme akan dihentikan apabila banyak ditemukan pesantren seperti ini yang dapat menampung anak-anak dan keluarga mantan teroris.

Sebagaimana diketahui Pesantren Darusy Syifa ini merupakan pesantren yang selama ini menampung anak dan keluarga narapidana terorisme, mantan teroris dan mereka yang sudah terpapar paham radikal. Saat ini jumlah santri yang menempuh pendidikan di pesantren ini berjumlah 20 orang.

Di dalam pesantren ini tidak hanya diajarkan pendidikan keagamaan, tetapi juga keterampilan dan pendidikan skill bagi para santri. Di area pesantren ini terdapat kolam ikan dan persawahan yang digunakan para santri untuk belajar kewirausahaan. Dalam perencanaan pembangunan mendatang akan dibangun pula sekolah menengah pertama dan sekolah kejuruan.

Pesantren ini sebagaimana diharapkan oleh Kepala BNPT akan menjadi role model bagi berdirinya pesantren-pesantren lain di berbagai daerah dalam rangka menampung anak dan keluarga mantan teroris. Dengan berdirinya beberapa pesantren deradikalisasi seperti ini diharapkan mampu memutus mata rantai terorisme di Indonesia.