Ketua MPR Kembali Minta Waspadai Penyebaran Radikalisme di Lingkungan Sekolah

Jakarta – Tertangkapnya kembali 10 terduga teroris yang diduga ingin
menggagalkan Pemilu 2024 di Solo Raya, oleh Densus 88 Antiteror,
mengkonfirmasi masih akftifnya sel-sel jaringan teroris di Tanah Air.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meminta para kepala sekolah yang
tergabung dalam Forum Kepala Sekolah se-Kabupaten Purbalingga untuk
mewaspadai penyebaran paham radikalisme di sekolah.

Bamsoet juga menyoroti salah satu persoalan pendidikan di Indonesia
yakni masih besarnya beban administrasi yang harus dihadapi para guru.
Hal ini juga pernah disampaikan Presiden Joko Widodo, serta Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI). Akibat besarnya beban administrasi
tersebut, terkadang menyebabkan proses belajar mengajar menjadi
terganggu.

“Mulai awal tahun ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kabarnya
akan mulai menyederhanakan proses pengelolaan kinerja guru dan kepala
sekolah, yang diharapkan dapat mengurangi beban administrasi. Sehingga
guru dapat lebih fokus kepada aktivitas belajar mengajar,” kata
Bamsoet di depan Forum Kepala Sekolah Kabupaten Purbalingga, Sabtu
(27/1).

Bamsoet menjelaskan, persoalan lain dalam wajah dunia pendidikan kita
yakni tidak semua lulusan SD dapat melanjutkan pendidikan di SMP.
Demikian pula tidak semua lulusan SMP akan tertampung oleh SMA atau
SMK. Sehingga banyak pelajar yang tidak dapat melanjutkan sekolah,
lantaran keterbatasan fasilitas pendidikan.

“Merujuk pada data jumlah sekolah di Tanah Air, saat ini terdapat
436.707 sekolah di Indonesia pada semester ganjil tahun ajaran
2023/2024. Dari jumlah tersebut, mayoritas merupakan Sekolah Dasar
(SD), yakni 149.225 unit. Sedangkan jumlah Sekolah Menengah Pertama
(SMP) tercatat sebanyak 42.907 unit, Sekolah Menengah Atas (SMA)
sebanyak 14.573 unit, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak
14.461 unit,” jelas Bamsoet.

Meski begitu, Bamsoet menerangkan, di balik berbagai permasalahan yang
menyelimuti dunia pendidikan, bangsa Indonesia masih bisa bangga
karena ada peningkatan peringkat dalam kemampuan literasi matematika
dan sains pelajar Indonesia. Terlihat pada hasil survei kualitas
pendidikan Programme for International Student Assessment (PISA) 2022.

“Dibandingkan hasil survei tahun 2018, skor literasi Indonesia versi
PISA 2022 naik 5 posisi. Mengingat bahwa selama dua dekade penilaian
atas mutu pendidikan Indonesia masih masuk kelompok 10 terendah, maka
peningkatan peringkat ini menjadi sesuatu yang patut kita syukuri,”
kata Bamsoet.