Jakarta – Kemajuan teknologi komunikasi yang diwarnai dengan ‘meledaknya’ fungsi sosial media menjadi ‘pemain’ utama dalam kehidupan bermasyarakat. Fakta itulah yang menjadikan sosial media memainkan peranan penting khususnya dalam pencegahan terorisme melalui dunia maya.
Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail mengakui pentingnya peran sosial media dalam meluruskan pemahaman keliru kelompok radikal di dunia maya. Karena itu, para dai dan ulama harus bisa berdakwah dengan baik dan dipoles sesuai dengan kebutuhan. Untuk di dunia maya, dakwah harus inovatif karena sasarannya generasi muda.
Ia mengakui banyak kendala para dai yang berceramah di masjid dan mushola dimana yang datang hanya orang-orang yang sudah mendekat ke kuburan. Kondisi itu memaksa para dai untuk pro aktif mendekati remaja dan tentunya dengan kajian yang berbeda dengan cara-cara berceramah di depan orang tua.
“Makanya para dai mulai mengunakan medsos. Kalau satu ayat yang baik, ajarkan membuat baik, tidak membuat hal kekerasan, itu akan indah. Kalau itu tiap hari disebarkan 5000 orang dai itu pasti akan luar biasa,” ujar Ahmad Satori.
Begitu juga dengan WhatssApp (WA) sangat luar biasa. Ahmad Satori mengaku melakukan posting one day one hadits dan itu tentunya hadits yang indah, serta hal-hal yang baik. Langkah itu pasti akan lebih bagus bila diikuti para duta damai dalam memasalkan pencegahan terorisme di dunia maya.
Satori mendukung penuh penyebaran hal-hal baik ini melalui medsos sehingga pemikiran ektrimis dan terorisme bisa terkikis. Menurutnya, pertarungan antara hak dan yang batil, antara kedamaian dan terorisme tidak akan pernah selesai.
“Semakin banyak menulis baik dalam menjaga NKRI akan sangat baik. Para ulama sendiri sudah bertekad bahwa NKRI final. Selama ini paling terdepan menjaga NKRI umat islam. Ia juga mengajak para dai untuk berusaha menjaga negara ini tetap utuh dengan menyebarkan kebaikan dan pemahaman bahwa agama Islam itu indah dan damai,” pungkas Ahmad Satori.