Jakarta – Kepala Unit Kerja Presiden (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) Yudi Latif mengajak mantan napi terorisme (napiter) dan penyintas (korban) untuk saling memaafkan demi untuk meraih masa depan yang lebih baik. Ajakan itu disampaikan Yudi Latif saat menjadi narasumber di depan ratusan mantan napiter dan penyintas pada acara Silaturahmi Kebangsaan (Satukan) NKRI di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (27/2/2018).
“Ada saatnya kita dendam karena hak-hak tidak terpenuhi, sementara tempat lain berlebih. Tapi jangan kita melakukan tindakan yang menimbulkan masalah baru. Mari kita memperbaiki kehidupan masa depan dengan mengembangkan insting kemanusiaan kita secara baik. Mari kita saling memaafkan satu dengan yang lain. Mari kita bergerak bersama untuk kebahagiaan kita bersama di masa mendatang,” papar Yudi Latif.
Yudi memaparkan, pada hakekatnya semua manusia itu sama. Meski berbeda suku, bangsa, agama, warna kulit, tapi kalau kulitnya dibelek warna darahnya merah dan tulangnya putih. Juga kalau ditusuk pasti sakit. Maka sesuai dengan kaidah ajaran agama, bila dicubit itu sakit, ditusuk itu sakit, maka dengan standar yang sama tidak boleh mencubit atau menusuk orang lain.
“Begitu juga di agama, barangsiapa menghina agama lain, maka sesungguhnya dia menghina agama lain,” jelas Yudi.
Selain itu, ia juga mengajak seluruh peserta untuk mengikis rasa dendam. Ini penting karena kalau dendam itu terus dipelihara, maka masalah-masalah yang ada, terutama dalam masalah radikalisme dan terorisme, tidak akan pernah selesai.
Hal itu tidak lepas dengan adanya kesamaan sifat manusia dengan binatang. Menurutnya, dalam rises biologi molekuler, ternyata 98,4 persen kromosom manusia dan simpanse itu identik, karena itu sifat manusia dan mamalia itu ada kesamaan.
Pertama kalau kita lapar, maka tidak mengenal agama apapun, dia akan mengamuk dan merebut apapun selama ada makanan. Karena itu basic atau kebutuhan dasar manusia harus dipenuhi. Kalau tidak dipenuhi sifat kebinatangan akan muncul.
Kedua, kalau ada seorang yang mencintai direbut, maka yang merebut ditikam. Ketiga binatang itu sering berkumpul dengan kulit atau bulunya sama sesuai dengan instingnya.
“Manusia juga punya sifat begitu, cenderung akan mengembangkan kedekatan dengan warna kulit sama,” tukasnya.
Namun ia mengingatkan bahwa manusia punya jenis otak neo protex, yang membedakan dengan binatang. Manusia bisa mengembangkan sesuatu diluar kemampuan binatang, ilmu pengetahuan, spiritual dan lain-lain. Juga dengan neo portex itu manusia memiliki kemampuan mengembangkan cinta kasih yang begitu luas.
“Kalau neo portex berjalan baik, maka manusia itu akan mampu melayani dan memberi perlindungan kepada orang banyak. Tapi bila neo portex itu digunakan buruk, maka daya ledaknya akan dahysat bisa membunuh begitu banyak orang. Ini yang harus kita sadari,” terang Yudi Latif.
Dalam situasi bangsa akhir-akhir ini, Yudi mengajak semua pihak untuk menggunakan akal dengan mengedepankan hubungan kasih sayang dengan Allah SWT, kedua hubungan kasih sayang sesama manusia, dan ketiga hubungan kasih sayang dengan alam.